“Saya mungkin langsung balik ke Surabaya dengan Bus,” ucapnya setelah buka puasa bersama dalam acara Tadarus Pemikiran JIMM. Malam itu saya mewawancarai beliau terkait Integrasi sains dan Agama untuk rubrik wawancara Majalah Suara Akademika. Gus Pur (Sapaan akrab Agus Purawanto) memang memiliki concern yang besar dalam hal itu. Beliau menulis buku berjudul Ayat-ayat Semesta dan merintis berdirinya Sekolah Trensains. Selain membuat konsep, Gus Pur juga ingin membumikannya ke para pelajar.
Dalam wacana sains dan Al Qur’an, nama beliau sudah sangat familiar. Bersanding dengan Agus yang lain, yang menulis buku “Ternyata akhirat tidak kekal”. Yang membedakan, Gus Pur mungkin lebih sering menghabiskan waktunya untuk mengajar di kelas, sebagai dosen ITS, daripada tampil di depan media.
Sebelum wawancara itu, saya sempat mengikuti kuliah umumnya tentang mendekati Al Qur’an melalui Sains di forum Tadarus. Gus Pur dengan lincah menjelaskan ayat-ayat Kauniyah yang selama ini jarang diungkap oleh Ulama’. Ia pun juga me-redefinisi kembali makna Ulama. Menurutnya, Ulama’ itu selain pandai berdalil dengan ayat-ayat suci, juga pandai berargumentasi layaknya saintis. Bedanya, antara dalil dan argumentasi sains, keduanya saling berkaitan.
Betapa “mewah”nya ilmu yang beliau miliki. Pemahamannya terhadap sains, terutama Fisika, bisa berjalan harmonis dengan dalil-dalil Ayat suci yang selama ini lebih dijadikan doktrin ketimbang sebagai “teman” untuk mengkaji ilmu pengetahuan.
Yang menarik pula, Gus Pur selalu berpenampilan sederhana, bahkan sering menggunakan transportasi umum seperti Bus dan Kereta Api ketika bepergian. Termasuk malam itu, ketika ia hendak kembali ke Surabaya menggunakan Bus antar Kota.
Saat ini, Gus Pur juga tengah merintis berdirinya SMA Trensains di Sragen dan Tebu Ireng Jombang. Lambangnya Matahari, hampir identik dengan Muhammadiyah. (*)
Malang, 26 Juli 2014
A Fahrizal Aziz
*Untuk membaca hasil wawancara saya dengan beliau, silahkan klik link ini
Tags:
Pertemuan