Bagi yang tidak terbiasa, membaca novel menjadi salah satu aktivitas yang lumayan berat. Apalagi, harus membaca beratus-ratus lembar. Selain karena tebal, membaca novel juga sangat melelahkan. Berbeda dengan menonton film. Tinggal duduk, ada visualisasi dan audionya.
Kendati demikian, membaca novel termasuk salah satu aktivitas yang efektif untuk membangun imajinasi seseorang. Karena novel hanya berisi kata-kata. Tidak ada gambar atau suara. Maksimal hanya ilustrasi yang ala kadarnya. Karena itulah, setiap kali membaca novel, pembaca mau tak mau harus membuat visualisasi dalam otaknya. Entah visualisasi tokoh, setting tempat dan suasana, hingga deskripsi interior yang diciptakan sang penulis.
Dengan membaca novel, otak akan terlatih untuk berimajinasi, menciptakan visualisasi tersendiri. Untuk itulah, ketika ada sebuah novel di filmkan, kerap kali muncul kekecewaan kepada penonton, terutama yang sudah membaca novelnya. Ada yang kecewa karena interpretasi yang dibuat tidak sesempurna dengan interpretasi yang ada dalam fikiran/imajinasinya ketika membaca novel tersebut. Hal yang sangat wajar, karena tidak mudah juga merealisasikan imajinasi dalam bentuk nyata.
Imajinasi menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam berkarya. Untuk itulah Albert Einstein berkata bahwa Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan. Statement semacam ini cukup argumentatif karena :
Pertama, Imajinasi adalah awal mula seseorang berkarya atau membuat konstruksi mimpi dan cita-cita hidupnya. Seorang anak kecil menjadi semangat belajar dan mengejar cita-citanya karena berimajinasi menjadi seorang polisi, guru, dokter, penguasa, arsitek, dll. Seorang pengusaha pun bersemangat untuk membesarkan bisnisnya karena mampu berimajinasi/bermimpi tentang kebesaran bisnisnya di masa depan. Seorang arsitektur bisa mendesain bangunan yang inovatif karena mampu bermajinasi tentang bangunan tersebut.
Bahkan, seorang pemimpin bisa membuat perubahan karena kemampuannya berimajinasi. Seperti, imajinasi tentang kemakmuran rakyat, imajinasi tentang perdamaian, imajinasi tentang infrasruktur yang memadahi, dll. Jadi, Imajinasi sangat penting karena disanalah banyak hal tercipta da terwujud secara riil.
Membaca novel, adalah salah satu cara untuk mengasah otak berimajinasi, karena ketika membaca, kita tidak hanya fokus ke huruf-huruf, namun otak dengan sendirinya menciptakan visualisasinya. Membaca novel memang sedikit berat dan menjenuhkan, tapi kalau sudah jatuh cinta akan bisa merasakan nikmatnya. Setidaknya, kita bisa menciptakan film kita sendiri di dalam otak kita.
Tak ada salahnya untuk mencoba. Mencoba menghayati membaca novel.
27 Februari 2015
A Fahrizal Aziz
Tags:
Bincang