Pendaftar Diklat Jurmalintar tahun 2006 hampir mencapai 100 siswa, yang akhirnya ikut Diklat ada 76. Angka yang sangat fantastik kala itu. Terbanyak dari semua ekskul, bahkan pendaftar OSIS sekalipun. Artinya memang bergengsi sekali menjadi Anggota Jurnalistik kala itu. Bahkan saking kuatnya atmosfir yang dibuat oleh senior-senior Jurnalis itu, setiap kali berada disituasi takut, malas, minder, dll, saya selalu ingat kalau saya anggota Jurnalistik. Apa bedanya menjadi anggota Jurnalis dan bukan Jurnalis?
Ketika di kelas pun juga terbawa-bawa. Terutama untuk mata pelajaran sosial dan bahasa. Saya jadi harus aktif bertanya kepada guru, karena saya anggota Jurnalis. Gestur pun mendadak berubah. Tidak boleh minder kalau ketemu pejabat sekolah dll, harus percaya diri, karena anggota Jurnalistik. Begitulah nuansa personal yang saya rasakan dulu menjadi anggota Jurnalistik.
Diklat berlangsung di akhir tahun 2006. Sebelumnya saya tidak pernah ikut ekskul atau organisasi apapun. Jurmalintar adalah yang pertama. Awal menjadi anggota, sebenarnya saya kurang menonjol. Istilahnya, masih elok-elok bawang. Sama sekali tak diperhitungkan. Barangkali baru terlihat di pertengahan tahun 2007, yang pada akhirnya terpilih menjadi ketua Jurmalintar, meski awalnya tidak dicalonkan. Tapi yang saya ingat dulu, nuansa pemilihan ketua Jurmalintar sangatlah kompetitif dan mendebarkan.
Dari profiling beberapa anggota Jurmalintar yang kemaren saya temui, dengan zaman dulu, sebenarnya tidak jauh berbeda. Mungkin yang sekarang lebih cerdas, lebih terbuka terhadap informasi, lebih canggih berfikirnya dibandingkan zaman dulu. Yang membedakan adalah sistem di dalam Jurmalintar. Dulu sistemnya masih tertata bagus. Alurnya masih terarah. Berbeda dengan sekarang.
Dulu alurnya jelas : Pendaftaran melalui formulir. Anggota yang ditugaskan promosi dari kelas ke kelas ketika jam istirahat sambil menebar pamflet dan formulir. Setelah itu ada diklat. Diklat yang memberikan wawasan sangat dasar tentang Jurnalistik secara Umum, baru kemudian dikenalkan apa itu Jurmalintar. Diklatnya pun diperketat. Ada yang diterima dan ada yang ditolak.
Setelah Diklat, ada penataran lanjutan. Rutin setiap hari sabtu sepulang sekolah, ada pelatihan. Selain itu, ada pelatihan diluar sekolah. Dulu saya diikutkan beberapa pelatihan, pertama di kantor Diknas Kota Blitar samping SMAN 1 Blitar itu. Kedua, Latihan Gabungan di MAN 3 Kediri, dan masih ada lagi, tapi saya sudah lupa. Seingat saya, Diklat di Internal Jurmalintar pun berlangsung selama dua kali dalam setahun. Diklat Anggota baru, dan Diklat sebelum menjadi Pengurus.
Dari semua anggota yang diterima, dimasukkan ke dalam sub/faq masing-masing. Ada 4 sub dulu : Majalah, Buletin, Broadcast, dan Mading. Saya masuk Majalah dan menjadi reporter. Hasil wawancara perdana saya dulu dengan Azwar Anas, Siswa MAN yang Juara Atletik. Hasil wawancara itu kemudian saya tulis tangan (karena tidak punya laptop dan komputer) baru kemudian di ketik di komputer Jurmalintar.
Saya ingat sekali tulisan wawancara perdana itu karena kata Pak Saichu, Pembina Jurmalintar kala itu, tulisan saya menjadi yang terbaik. Bahkan di file mentahnya di tulis “best of the best”. Saya tidak tahu apa barometer terbaiknya. Tapi cukup membuat saya senang sekali dan merasa sangat dihargai.
Karena sebagai reporter, saya pun mendapatkan tugas-tugas liputan lapangan lain. seperti meliput acara pawai HUT Kota Blitar, Pekan Olahraga di Stadion Gelora Supriyadi, dan agenda-agenda lain. Sayang, waktu ada liputan khusus ke Lumpur Lapindo Sidoarjo dulu saya tidak terpilih. Karena liputan itu berlangsung diawal tahun 2007 dan saya memang belum cukup menonjol untuk itu.
Tulisan ini mungkin saja bermanfaat untuk dibaca anggota Jurmalitar, Pembina, atau yang bertanggung jawab sekarang ini, sebagai pengingat, cermin, atau masukan. Kemaren lima anak Jurmalintar menemui saya dengan ceritanya masing-masing, dan sepertinya saya harus menjelaskan sedikit demi sedikit, melalui tulisan ini. Tulisan ketiga nanti tentang Majalah An-natiq, semoga saya ada waktu dan energi untuk menuliskannya, disela-sela kesibukan menulis juga. Salam Jurnalistik. Pres freedom.
Blitar, 30 Maret 2016
A Fahrizal Aziz