Menggerundal





Ada pepatah populer yang kira-kira berbunyi begini : berhenti mengumpati kegelapan, nyalakan lilin dan buatlah penerangan.

Pepatah ini sangat bagus. Jika kita tarik dalam kehidupan nyata, betapa banyak orang yang suka menguliti kelemahan atau kesalahan, namun ia sendiri juga tidak bisa merubahnya. Atau sekurang-kurangnya, memberikan sumbangsih solusi untuk mengatasinya.

Banyak orang menggerundal atas suatu hal, namun ia berharap orang lain yang menyelesaikannya. Padahal, ia bisa berbuat, meskipun dalam skala yang kecil.

Kritik memang bukan sesuatu yang salah. Namun dibalik kritik harus ada solusi, atau minimal tawaran bantuan. Kritik yang tanpa penawaran solusi, atau sekurang-kurangnya memberikan inspirasi untuk menciptakan solusi, tak ubahnya dengan umpatan.

Jika kita bisa turut memberikan sumbangsih, entah dari lingkup terkecil, itu lebih baik ketimbang hanya mengumpat atau menggerundal. Ibarat di rumah, tiba-tiba listrik padam. Kita lantas mengumpat tiada habis, mengeluh karena dimana-mana gelap. Berharap orang lain membawakan lilin untuk menerangi, padahal kita bisa melakukanya sendiri.

Menggerundal memang gampang, karena itu hanya melibatkan emosi, sinisme, dan rasa senang melihat orang lain terlihat bodoh atas segala umpatan yang kita hujamkan. Padahal orang tersebut sudah berbuat, sementara kita masih berkata-kata.

Sementara “menyalakan lilin” hanya bisa dilakukan oleh mereka yang mau berbuat. Turun tangan, melakukan hal nyata. Jika tidak bisa berbuat, atau memberikan jalan keluar, diam menjadi pilihan terbaik.

Berhenti menggerundal, atau kurangi. Karena kadang kala orang tak terlalu peduli seberapa banyak yang telah kamu ucapkan, mereka hanya melihat apa yang telah kamu perbuat. []

Blitar, 20 April 2017
A Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak