Dalam sebuah buku berjudul Sekitar Proklamasi, kumpulan catatan yang ditulis langsung Mohamad Hatta, tertuang tulisan betapa sempat jengkelnya Bung Hatta dengan golongan muda, yang kala itu dimotori Adam Malik, Sukarni, Wikana, dan sebagainya.
Bahkan Bung Hatta memiliki perspektif tersendiri terkait peristiwa Rengasdengklok yang hingga saat ini diperingati sebagai peristiwa heroik.
Menurut Bung Hatta, peristiwa Rengasdengklok itu tak banyak mempengaruhi dilaksanakannya proklamasi, sebab sejatinya rapat PPKI yang membahas proklamasi sudah dibuat tanggal 16 Agustus 1945, dan karena ada penculikan itu maka rapat pun diulur satu hari.
Baru pada malam harinya sampai pagi dinihari tanggal 17 Agustus 1945, rapat dimulai guna menyusun naskah proklamasi yang redaksinya langsung dari Bung Karno, ditulis Bung Hatta, dan akhirnya diketik Sayuti Melik.
Bung Hatta juga menampik jika penculikan ke Rengasdengklok bertujuan agar PPKI, khususnya Soekarno-Hatta tidak terpengaruh Jepang. Sebab Jepang sendiri sudah menyerah dan tunduk pada sekutu, bahkan Major Djenderal Nisjimura menyampaikan bahwa bangsa Indonesia tidak mendapat ijin dari sekutu untuk memproklamirkan kemerdekaan.
Namun Bung Karo dan Bung Hatta serta segenap pejuang tidak bergeming dan tetap menyiapkan proklamasi kemerdekaan di rumah Admiral Mayeda.
###
Setelah Proklamasi kemerdekaan dibacakan, hari berikutnya PPKI membahas dasar negara dan UUD 1945. Setelah acara selesai, datang utusan dari golongan muda, yang meminta agar Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantoro datang ke gedung Kementrian Kesehatan, karena sedang ada rapat golongan muda.
Selain kelompok dari Sukarni dan Adam Malik, ada juga kelompok dari Sjahrir. Mereka mengemukakan keinginan kaum muda kepada Presiden dan Wakil presiden terpilih, Soekarno-Hatta dan meminta tuntutannya dipenuhi.
Namun Sjahrir angkat bicara dan menganggap rapat itu tak ubahnya desakan dan intimidasi. Maka Sjahrir mengusulkan agar rapat itu dibubarkan saja.
Akhirnya rapat dibubarkan, lalu Ki Hajar Dewantoro berkata pada Soekarno-Hatta bahwa golongan muda sepertinya belum siap hidup bernegara. Sebab hidup bernegara harus melalui mekanisme yang ada, tidak lewat jalan intimidasi.
###
Dua hari berikutnya, sekitar jam 7 malam, Bung Hatta kedatangan tamu bernama Hanafi yang lagi-lagi utusan dari golongan muda. Tamu itu meminta Bung Hatta dan Bung Karno hadir dalam rapat pemuda malam itu juga. Namun Bung Hatta menolak, dan agak jengkel karena terus didesak. Sampai akhirnya ia mengusirnya.
"Kalau engkau tidak segera pergi dari sini, saya akan mengambil tindakan terhadapmu," Gertak Bung Hatta.
Disarikan dari buku SEKITAR PROKLAMASI karya Bung Hatta yang diterbitkan Tintamas (1970).
loading...
Tags:
Sejarah Indonesia