Suasana Sore di Kos-kosan


Kuliah di Malang memberikanku pengalaman tinggal di beberapa tempat yang berbeda. Tahun pertama tinggal di Ma'had, nama lain dari Pondok Pesantren namun diintegrasikan dengan jadwal perkuliahan.

Saat tinggal di Ma'had, aku dapat gelar Mahasantri. Padahal pendidikan terakhirku hanya sampai Madrasah Diniyah atau ngaji malam, belum pernah jadi santri pondok pesantren.

Jadwal kuliah kami sampai pukul 16.30, setelah itu kamar mandi menjadi sangat padat. Antri cukup panjang. Bagi yang tidak sabar lebih memilih mandi di luar, tersedia kamar mandi panjang berpetak-petak. Hanya kurang terawat karena banyak lumut.

Tahun kedua, aku tinggal di rumah kontrakan, basecamp organisasi. Lokasinya dekat kuburan. Persis. Ada 5 kamar, dapur, 1 kamar mandi dan ruang depan yang luasnya sekitar 4x5 meter.

Semasa kuliah ini sepertinya aku lebih sehat, karena setiap hari jalan kaki. Jarak kontrakan ke kampus kurang dari 1 Km, cukup dekat, namun jika bolak balik dan apalagi di kampus harus naik turun tangga, ya lumayan juga.

Tahun ketiga sebenarnya aku ingin pindah ngekos, namun karena pertimbangan organisasi, aku akhirnya ikut ngontrak rumah yang lokasinya beda satu gang dengan kontrakan sebelumnya.

Hanya ada 4 kamar, dengan kamar mandi super sempit dan lokasi jemuran di atap. Saking rapetnya bangunan satu dan lainnya, sirkulasi udara dan cahaya kurang baik sampai tembok kontrakan berjamur.
Masuk tahun keempat, aku masih ikut ngontrak dengan teman organisasi. Kami pindah rumah gang yang berbeda. Di rumah itu hanya ada 3 kamar, satu kamar di bagian atas dekat jemuran dan sangat sempit. Aku memilih kamar atas dengan alasan bisa satu kamar sendiri.

Oya, sejak masuk tahun ketiga aku sudah membawa motor sendiri. Jadi lebih mobile kalau kemana-mana, bisa jalan-jalan atau sekadar menghadiri berbagai acara.

Seharusnya tahun keempat adalah tahun terakhir aku kuliah. Artinya selepas dari kontrakan keempat ini aku tidak berpikir untuk lanjut mau tinggal di mana. Namun disatu sisi aku sudah terikat dengan pekerjaan.

Teman-teman, yang semuanya satu tingkat di bawahku, hendak mencari kontrakan lain karena harga sewa naik dan lokasinya di antara gang sempit. Aku tidak bisa ikut dan akhirnya memutuskan untuk ngekos. Akhirnya setelah sekian lama bisa ngekos juga.

Sengaja aku mencari lokasi yang agak jauh dari kampus, model kos-kosan yang lebih homy. Artinya, bukan bangunan khusus kos-kosan, namun kos-kosan yang ikut dalam satu rumah pemiliknya.

Akhirnya dapat di daerah Jalan Panjaitan, dekat Jembatan Gantung. Kamar kosku lumayan luas, 3x2 meter. Kamar mandinya luas juga. Menariknya, ada ruang tengah yang juga sangat luas. Rumah model lama yang menarik untuk ditinggali.

Seingatku, hanya ada 4 kamar. Kamar sebelah kuliah di UM, lainnya kuliah di Brawijaya.

Di kamar tengah ada meja dan kursi yang biasa untuk nongkrong. Kamarku dekat bagian belakang yang penuh dengan pot-pot bunga. Suasana kos-kosan ini sunyi seperti umumnya perumahan karena memang agak jauh dari kampus.

Sebenarnya aku ngekos berdua, satu angkatan kuliah yang harus "ekstra time", namun temanku hanya datang ketika ada urusan dengan skripsinya. Sementara aku harus kerja, meski seminggu hanya ada 1 jadwal kuliah itupun di hari kamis, namun beberapa pekerjaan harus aku kerjakan dari Senin-sabtu.

Biasanya aku kembali ke kos sekitar jam 3 sore. Karena anak kos, lebih banyak yang sibuk di kamar masing-masing, namun kamarnya terbuka, sehingga bisa saling menyapa.

Selepas mandi, biasanya aku duduk di ruang tengah yang luas tadi, menyalakan laptop dan berselancar ke beragam situs internet pakai modem. Ya, itu tahun 2014. Seingetku hanya kampus, telkom dan segelintir kafe yang punya wifi, dulu kami menyebutnya hotspot.
Suasana sore sangat nyaman. Di depan, Ibu kos sedang menyemprot tanaman lewat selang air kran, bapak kos yang juga Pak RT di lingkungan tersebut sedang mengurus burung peliharaan. 

Aku, dengan kondisi badan yang segar selepas mandi, membaca artikel-artikel di internet sambil menikmati Cappucino yang kubeli di Indomaret point saat pulang tadi.

Sore hari semacam "me time" yang kubuat khusus, karena selepas magrib biasanya ada beberapa agenda, apalagi di akhir pekan, ada banyak undangan mengisi kegiatan di Batu.

Belakangan, suasana sore ini mengingatkanku saat di kos-kosan dulu. Suasananya saja yang sama. Tulisan ini adalah ungkapan rasa rindu akan suasana itu. []

Blitar, 3 Juni 2021
Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak