Jokpin tentang Chairil Anwar


Joko Pinurbo menulis sejak tahun 80an, tetapi ia baru dikenal luas ketika usianya menginjak 37 tahun. Sebuah antologi puisi berjudul "celana" berhasil rilis, dan namanya pun terus berkibar.

Jokpin, panggilan akrabnya, menyumbang ingatan syahdu tentang Jogja: Jogja tercipta dari rindu, pulang dan angkringan. Sebuah kutipan dalam buku Sepotong Hati di Angkringan.

Kutipan sederhana namun membekas begitu kuat di benak pembaca dan jutaan orang yang pernah berkunjung ke Jogja.

Jokpin menjadikan realitas sosial sebagai sumber ide dari puisi-puisinya. Ia, sekalipun tertarik menjadi penyair setelah membaca sajak "DukaMu Abadi" karya Sapardi Djoko Damono, namun memilih obyek lain untuk tulisan-tulisannya.

Lalu, bagaimana pandangan Jokpin tentang Chairil Anwar, yang disebut sebagai sastrawan induk dalam khazanah sastra di Indonesia?

"Saya sangat mencintai Chairil Anwar," ungkapnya.

Namun, ia justru ingin menjadi antitesa dari karya-karya Chairil Anwar yang menurutnya lebih banyak menuliskan kekalahan dan pesimisme hidup.

Jokpin membaca karya-karya Chairil Anwar dengan pendekatan kritis, sekalipun ia mengagumi diksi-diksi yang dibuat Chairil Anwar.

Ia berterima kasih pada Chairil Anwar yang membuatnya justru tidak ingin menjadi Chairil Anwar.

Jokpin memilih realitas "remeh temeh" untuk dijadikan puisi. Sesuatu yang dekat dengan banyak orang, sesuatu yang ada dalam kehidupan banyak orang, seperti misalnya roti Khong Guan.

Meski begitu, Jokpin mengaku tidak menawarkan hal baru dalam dunia sastra Indonesia. Namun ia ingin menyelinap dan menjadi bagian dari keseharian banyak orang.

"Jika ingat celana, ingatlah Jokpin," guraunya.

Jokpin kini adalah sastrawan besar, meski ia pernah kecewa dengan dirinya sendiri karena banyak naskahnya ditolak penerbit, sebelum buku pertamanya terbit menjelang reformasi.

Ia kini sibuk memenuhi undangan seminar, bedah buku, wawancara dan lain sebagainya.

Sehari ia menghabiskan 4 gelas kopi, ia tak memilih jenis kopi apa yang pas. Kapal Api pun tak masalah. Jokpin adalah lelaki biasa dalam kesehariannya.

Ia mengaku lebih hafal nama-nama pemain sepak bola dibanding penyair Indonesia.

Ia juga seorang penyendiri, belajar dan berkarya dalam pertapaannya sendiri. Tidak ikut komunitas penyair. Juga sering nongkrong di angkringan.

Ia mencintai Jogja, sebagai tempatnya pulang dan selalu ia rindukan, apalagi ada angkringan.

Kini, usianya menuju 60 tahun. Ia hidup lebih lama dari Chairil Anwar yang sudah jadi legenda sebelum usia 30 tahun. []

Blitar, 2 September 2021
Ahmad Fahrizal Aziz



Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak