Anies Baswedan memberikan kuliah tamu di Urban Lecture Sciences Po, Paris. Dok/halaman FB Anies Baswedan
Sebulan lebih tak membuka facebook, sekalinya membuka ada banyak sekali foto dan video terkait Anies Baswedan berseliweran di beranda.
Terutama foto shalat Idulfitri 2022 di Jakarta International Stadium (JIS) yang fenomenal itu, karena kebetulan saya membuka facebook pas lebaran.
Ada juga video panorama Jakarta, pidato Anies Baswedan, hingga foto beserta quotenya. Anies Baswedan memang sosok yang suka melempar quote, salah satu yang terkenal adalah: dicaci tak tumbang, dipuji tak terbang.
Konten tersebut sebagian dibagikan oleh teman, sebagian lain berdasar saran/algoritma dari facebook.
Kok algoritma facebook menyarankan ke saya konten yang terkait dengan Anies Baswedan ya? Mungkin karena tiap kali ada teman yang membagikan, sangat jarang saya skip, sebab memang sosoknya menarik berikut dengan pro kontra yang menyertainya.
Ingatan saya pun kembali di tahun 2013-2014, kala itu postingan tentang Jokowi muncul dimana-mana, kebetulan juga saat itu preferensi politik saya ke Jokowi-JK dan memberikan dukungan terbuka melalui unggahan sosial media.
Karena saking seringnya muncul di facebook dan google, banyak yang mengira kalau kedua perusahaan raksasa tersebut pro Jokowi-JK.
Tuduhan itu memang menggelikan, sebab sistem algoritma bekerja secara otomatis membaca preferensi pemilik ponsel atau akun sosial media tersebut.
Saat kita suka mencari kemeja koko di google atau marketplace facebook, algoritma akan membaca riwayat penelusuran untuk kemudian memberikan saran, meskipun kita tak membeli kemeja tersebut dan hanya lihat-lihat saja.
Artinya, saat algoritma memberikan saran kepada kita tentang konten tertentu, bisa jadi karena itulah konten (serupa) yang sering kita akses, terlepas kita suka atau tidak dengan konten tersebut.
###
Anies Baswedan memiliki jabatan cukup prestisius sebagai Gubernur DKI Jakarta, jabatan yang paling dekat ke istana negara.
Sebelum itu, dia juga seorang intelektual publik, penggerak para guru melalui Indonesia Mengajar dan seabrek kiprah lainnya.
Meskipun, ketika masuk ranah politik, ia juga harus menyesuaikan ritme. Banyak offside terjadi, dan itu jadi santapan empuk lawan-lawannya.
Dalam politik memang berlaku rumus demikian:
Jika anda pro dengan seseorang, anda cenderung melihat sisi baiknya.
Begitupun sebaliknya, jika anda kontra dengan seseorang, yang anda ingat dan bahas pasti sisi buruknya.
Hal yang sama juga berlaku pada sosok Jokowi, betapa banyak sisi buruk yang terus diangkat dari beliau, yang coba dinetralisir oleh pendukungnya dengan memunculkan sisi baiknya.
Anies Baswedan juga demikian, mereka yang kontra akan lebih menyukai konten-konten yang bisa menjatuhkannya atau minimal memberi kritik pada kinerjanya.
Politik itu ya selalu begitu, bestie.
###
Namun kritik atau pujian dari pendukung itu jadi tak punya nilai.
Misal, si A yang karena mendukung si B, memberikan pujian pada kinerja si B. Nilai dari pujiannya itu jadi rendah, ya wajar lah namanya juga pendukungnya, pasti dipuji terus kan?
Begitupun ketika si C mengkritik si B karena dia punya jagoan si C, dan si C adalah pesaing si B. Kritiknya juga tak akan banyak didengar, namanya juga politik.
Namun harus ada pihak yang benar-benar independen memberi penilaian, yang bisa kita harapkan adalah Ilmuwan atau Intelektual.
Kadang saya menyayangkan ketika ada intelektual yang mendukung arus politik tertentu, karena kritiknya akan bersifat "partisan".
Namun kita menyadari jika setiap orang berhak menentukan sikap politiknya, karena salah satu teori perubahan adalah teori struktural.
Kita tidak bisa terus menerus menitipkan harapan, namun harus masuk dan mewarnai, bahkan menduduki jabatan tersebut agar lebih mudah mengaplikasikan idealisme.
Meskipun karena saking warna warninya politik, warna intelektual-aktivis jadi agak memudar. Mungkin termasuk Anies Baswedan sekarang ini.
###
Namun tak bisa dipungkiri jika secara gestural, Anies Baswedan itu menarik. Punya wajah "intelek" banget. Pendidikannya hingga S3 dan pernah menjadi rektor.
Gaya pidato dan pemilihan diksinya juga menarik, memicu orang untuk terus mendengarkan. Dia cukup terlatih dalam hal ini, belum lagi bahasa inggrisnya.
Secara nasab, dia juga cucu salah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional A.R Baswedan.
Mungkin karena itulah setiap kali ada konten lewat yang terkait Anies Baswedan, jari saya selalu terhenti untuk menyimak.
Hampir setiap hari konten terkait Anies Baswedan terus saja lewat beranda, ini kok Anies terus yang muncul? Batin saya.
Dari semua politisi tingkat nasional yang konten-kontennya sering lewat beranda facebook saya ya Anies Baswedan.
Padahal sejak pandemi saya sudah jarang mengetik nama politisi baik di google ataupun sibling facebook.
Selain Anies Baswedan, konten politisi lain yang sering lewat adalah Ganjar Pranowo. []
Sabtu, 21 Mei 2022
Ahmad Fahrizal A.
Tags:
Politik & Demokrasi