Hujan, Taksi, dan Bandung

Jalanan kota yang diguyur hujan



Tak ada jatah makan malam, namun di sebelah Fave Hotel Cihampelas ada warung bebek goreng.


Hujan masih mengguyur sejak sore, selepas kembali dari Paris Van Java. 


Ini bukan bulan yang tepat untuk liburan, air langit kerap turun tiba-tiba, di sore hari, sepanjang malam. 


Informasi dari sopir taksi biru.


###



Anak-anak kecil menawarkan jasa payung, tubuh mereka basah kuyup, orang-orang dewasa menggunakan jasa itu, mengambil payungnya ke tempat tujuan yang tak terlalu jauh dari teras gedung.


Anak-anak kecil pemilik payung membuntuti dari belakang sembari hujan-hujanan. Mereka tertawa riang, padahal langit telah gelap.


Teras hotel dan warung hanya berbatas jalan, namun tak semudah itu menyebrang karena padatnya lalu lintas, suara klakson dan gemericik hujan.


Di warung, banyak yang memesan menu utama beserta jeruk hangat atau teh manis, di tengah kepadatan manusia yang kelaparan dan berdiam lebih lama karena guyuran hujan.


Bebek goreng adalah menu makan malam yang penuh selera, terutama bagi lidah yang tak biasa dengan keju dan mozarella.


Gurih dan renyah, meski harus berulang kali mencabut tisu untuk mengusap minyak di mulut.


###


Tak banyak yang bisa dilakukan selain melihat rintik hujan jatuh ke kolam renang yang dipenuhi luapan air.


Suasana pun lengang, tak ada jendela terbuka, kursi jemur hanya terguyur semalaman.


Lampu-lampu lorong memandu ke lokasi fitness, spa dan lounge.


Dari dinding kaca, Cihampelas Walk (Ciwalk) terlihat ramai, pun jalanan yang dipadati mobil.


Fasilitas terpenuhi tanpa harus keluar gedung, sayangnya tak ada yang gratis, mungkin (hanya) sarapan pagi.


###



Jauh-dekat Rp25.000, tak ada argo, tak ada alat yang menghitung nominal berdasar jarak tempuh.


Tak ada percakapan hangat atau panduan perjalanan, hanya sedikit informasi jika memasuki wilayah lingkar ITB via Tamansari, jalan seberang ke Kebun Binatang Bandung.


Atau saat melewati Hutan Kota dan Apartemen megah sebelum sampai ke Ciumbeluit.


Tak terlalu jauh sebenarnya, namun biayanya tetap. Jauh-dekat, meski jauh yang dimaksud juga masih dekat.


Ini bukan taksi biru.


###



Akhirnya naik taksi biru lagi, ke Pasar Baru, sopir taksi cukup humble dan komunikatif.


Banyak tema dibahas, termasuk Walikota Ridwan Kamil (saat itu).


Taksi memutar melalui Gedung Asia-Afrika, bangunan tua yang dirawat dengan baik karena nilai historisnya yang tinggi.


Memasuki area pasar, kepadatan mulai terlihat. Gedung pasar terlihat modern. Di beberapa titik banyak penjual Siomay Bandung, penjualnya tidak selalu asli Bandung.


Di kota lain juga ada Siomay Bandung, Batagor Bandung, Roti Bakar Bandung.


Sopir taksi biru merekomendasikan Soto Bandung di dekat Stasiun. Banyak daerah punya Soto khasnya masing-masing.


Soto Bandung dilengkapi butiran kacang goreng, dengan kuah bening dan potongan lontong kukus dibuntal daun pisang. []


Paris Van Java

Ahmad Fahrizal Aziz



Ingatan tentang tempat-tempat yang dirindukan

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir di blog ini ya.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak