Telah Hilang, Ponsel Beserta Kenangannya

Ilustrasi. Telepon umum di Kafe 37


SEMINGGU sudah informasi kehilangan itu dikabarkan secara luas melalui snap whatsapp, grup facebook dan radio lokal, namun ponsel Adira masih belum kembali.

Dia lupa detailnya, namun--menurut dugannya--terjatuh dari saku jaketnya di sebuah pedestrian taman kota.

Lalu, karena itu ponsel bermerk dengan kualitas kamera mutakhir, ditemukan oleh seseorang dan (mungkin) diambil alih kepemilikannya.

Adira meratapi hilangnya ponsel tersebut, bukan hanya karena harganya setara dua bulan gajinya, namun lebih pada file penting di dalamnya, terutama foto dan video.

Ada banyak momentum ia abadikan dengan ponsel tersebut: jalan-jalan ke Bali dan Bogor, reuni SMA, anjangsana lebaran bertemu sanak kerabat tua yang tentu bisa menjadi dokumentasi penting di kemudian hari.

Belum lagi, karya grafisnya di Canva, desain photoLab dan beragam poster menarik yang ia kreasikan disela kesibukan sehari-hari.

Tentu kehilangan-kehilangan lainnya yang tak bisa dinilai dengan uang, apalagi ia tak sempat (alias tak biasa) mengunggah dokumentasi itu ke sosial media.

Kehilangan kenangan

Apa yang dialami Adira, mungkin juga dialami banyak orang, termasuk saya.

2016 silam ponsel saya tiba-tiba ngeblank. Berharap sakitnya tak terlalu parah, lalu dibawa ke tukang servis. 

Sayangnya ponsel keluaran sekarang tak setahan dulu, bahkan andaipun rusak--apalagi baterai tanam--kecil kemungkinan bisa diperbaiki.

Padahal, saya berharap kala itu sekadar mengambil file di dalamnya. Namun semuanya hangus tak bersisa.

Kehilangan itu benar-benar saya ratapi. Sejak mengenal android, gaya hidup berubah.

Saya tak lagi membawa buku kecil kemana-mana, juga sudah jarang menyimpan draft ide/tulisan di microsoft word.

Semua ada di ponsel, dari 2014 akhir hingga 2016 akhir. Kehilangan file selama 2 tahun itu sungguh tak menyenangkan. Seolah ada bagian hidup yang terpotong.

Saat itu belum begitu ngeh dengan google drive, atau penyimpanan cloud yang difasilitasi oleh merk ponsel tersebut.

Ingatan saya pun kembali ke tahun 2010, ketika flashdisk ikut terjemur di saku jaket, padahal isinya adalah foto-foto masa SMA yang sweet memories.

Pada tukang reparasi, dengan agak memohon saya meminta untuk mengerahkan segala keahlian yang dimilikinya agar file di dalam flashdiks tersebut bisa diselamatkan, namun sia-sia.

Itu bukan sebatas kehilangan flashdiks atau ponsel, namun kenangan berharga atas waktu yang kita bekukan dalam file-file di dalamnya.

###

Sekarang, kita bisa memaksimalkan penyimpanan cloud, yang tak terbatas perangkat.

Google yang baik hati telah menyediakan Gdrive. Beberapa merk ponsel juga punya fitur cloud.

Fitur cloud memungkinkan kita menyimpan file pada "alam lain" yang bisa terhubung antar ponsel dengan merk yang sama.

Misal, ketika seluruh file sudah kita pindahkan ke cloud tersebut, semisal kita berganti ponsel dengan merk yang sama kita bisa mengakses kembali file tersebut dengan syarat masih mengingat username dan passwordnya.

Ini memudahkan kita untuk menyimpan file berharga.

Sosial media pun sebenarnya cukup membantu, foto-foto yang kita ambil ke ponsel bisa langsung kita unggah agar tersimpan disana.

Ide-ide yang kita tulis bisa juga kita alihkan ke blog, melalui simple text, atau unggahan sosial media.

Jika hilang begitu saja tentu eman-eman dan penuh penyesalan. Sebab kita pun menyadari betapa terbatasnya ingatan. []

Malang, 5 Juli 2022
Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir di blog ini ya.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak