Cara Tidur yang Baik, Resep dari Mendiang Reza Gunawan

In memoriam Reza Gunawan

KEHIDUPAN Dewi Lestari adalah cerita yang tak sengaja saya ikuti, di samping cerita-cerita yang ia tulis sejak dari Supernova, Rectroverso dan Filosofi Kopi.

Kisah hidupnya sebagian tertulis melalui blog Dee Idea, juga cerita getir perceraiannya, perjalanan spiritual, penemuan jalan hidup dan pernikahan barunya dengan sosok Reza Gunawan.

Reza adalah seorang pakar penyembuhan alternatif, yang kemudian punya side jobs sebagai "produser informal" atas karya-karya Dewi Lestari.

Salah satu statement Reza Gunawan yang saya ingat adalah tentang tidur, time recovery, yang sepertinya sering dilanggar oleh banyak orang.

Waktu tidur terbaik adalah jam 22.00 hingga, minimal 03.00. Dua jam sebelum tidur, mata harus berhenti kemasukan cahaya, terutama dari ponsel, sebab itu akan mendelay 59 menit.

Artinya, jika kita ingin tidur pukul 22.00, maka pukul 20.00 segala aktivitas dengan ponsel harus berhenti. Suatu yang mungkin sulit kita lakukan di era gawai seperti sekarang ini.

Dampak buruk ketika kurang tidur adalah penurunan daya ingat dan kognisi. Tidur adalah bagian super penting yang tidak bisa diremehkan. Itulah pesan pentingnya.

***
Postingan 11 April 2022

Namun, tidur bukan sebatas mengistirahatkan tubuh, tidur adalah momentum mengistirahatkan pikiran yang kerap terbebani masalah.

Kafein dari kopi ternyata hanya menyumbang sedikit alasan tentang problem tidur banyak orang.

Penyebab terbesarnya adalah "sampah-sampah pikiran". Reza lewat praktik spiritualnya telah memandu banyak orang untuk membuang "sampah" itu dari diri mereka.

Ia mengajarkan perubahan mindset, membawa ke lorong-lorong perenungan tentang banyak hal. Ia sendiri, sepertinya juga berjuang atas hidupnya.

Sebelum meninggal, Dewi Lestari sempat menjelaskan bahwa selama hidup Reza memiliki isu kesehatan, sosoknya memang terlihat kurus dan ringkih.

Namun kenyataan itulah yang membuatnya justru memiliki sesuatu untuk dianut, seseorang yang tak hanya berteori tentang hidup namun juga survival atas apa yang mungkin sedang dialaminya. Pembawaannya begitu tenang, peacefull.

Mungkin dialah guru spiritual utama Dewi Lestari, support system atas kehidupannya yang bergelombang dan penemuan ide-ide besar dari karya tulis dan musiknya.

Waktu tak pernah menyembuhkan, kata Reza, kita sendirilah yang harus menyembuhkannya.

Sebulan lebih seminggu ia terbaring tak berdaya karena stroke, sebelum akhirnya "tertidur" untuk selamanya. Mungkin ini adalah bagian lain dari cara tidur yang baik, di usia 46 tahun dalam kedamaian.

Ia seorang Buddhis, jasadnya dikremasi dan abunya dilarung ke laut sebagai bentuk kesempurnaan untuk menapaki jalan barunya.

Dewi Lestari merasa haru, namun lega, sebab Reza telah bebas, tak perlu lagi terjebak dalam tubuhnya yang ringkih.

Bagi para pembaca Supernova, cerita ini benar-benar cerminan atas apa yang telah ditulis Dewi Lestari. Ternyata spiritualitasnya tak sebatas pada goresan pena. []

Blitar, 12 September 2022
Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak