Kedai Telkom Blitar, Yujem, dan Sore yang Hilang


SATPAM menegur kami yang sedang duduk di samping kedai.

"Mas ini siapa, darimana, kok gak ijin, gak apa," ucapnya.

Harus ijin dulu ya? Tanya saya.

Selepas dari Perpustakaan Bung Karno, saya dan Ahyar (editor video Channel YouTube Bicara Gagasan) hendak mencari tempat nongkrong, dan terbersit Kedai Telkom Blitar.

Sudah lama sekali tak kesana, sekalian nongkrong di kedai pojok, yang sore itu sepertinya belum buka.

Di sudut lainnya, tak ada penjual makanan, hanya minimarket, kami membeli roti dan minuman ringan lalu menuju kedai.

Sepertinya memang belum buka, atau sudah tak ada yang jualan?

Lalu kami mengambil kursi untuk duduk di sampingnya, saat itulah Satpam berseragam cokelat menegur kami dan menjelaskan jika area tersebut tidak untuk pengunjung, kecuali jika kedainya buka.

"Kalau mau nongkrong di sana saja," jelasnya, sambil menunjuk arah barat.

Tempat tersebut memang disediakan untuk pengunjung, namun kami kira bisa sekalian memesan Jahe Hangat dan Camilan ringan di area kedai ini.

Tempat itu hanya diperbolehkan jika kedainya buka, baiklah. Kami pun bergeser ke kursi dan meja bercat merah samping minimarket.

Hingga malam datang, kedai belum juga buka, dan sepertinya tidak buka. Hujan turun begitu deras dan kami hanya "bertahan" dengan dua potong roti dari minimarket yang sudah tutup.

***

Kedai Telkom Blitar adalah tempat penuh ingatan bagi saya, terutama sejak masih ada angkringan pojok Yujem, yang menu andalannya Nasi Bantingan.

Biasanya, jelang sore, kursi-kursi akan ditata di halaman depan, tikar sederhana digelar di sepanjang teras kantor.

Saya dan beberapa teman menyusun agenda pertemuan, menikmati sore yang syahdu sambil memesan segelas susu panas, aneka sate khas angkringan, dan menu lain yang tersedia.

Pada agenda lainnya, bersama komunitas, kadang berlama-lama di sana, memesan voucer internet, membuka laptop dan berbagi tips ngeblog atau membuat artikel konten.

Kedai Telkom Blitar adalah tempat asyik: strategis di area jalan protokol, di depan kantor DPRD, dengan suasana lalu lintas kota yang hidup.

Satu lagi: menu makanannya juga ramah di kantong.

Namun sejak Pandemi Covid mendera, Yujem tak lagi menggelar dagangannya di sana, area-area publik dibatasi sementara, itu berlangsung selama hampir 2 tahun.

Namun kedai pojok itu sempat buka dengan konsep berbeda, bukan Yujem lagi, dan sepertinya tak bertahan lama.

Malam itu, saya melihat area Kedai Telkom begitu lengang, sepi, tak terlihat kemeriahan di waktu-waktu sebelumnya. Berubah sama sekali. Sedih.

Sepulang dari Kedaitel malam itu, tiba-tiba saya merindukan "sore yang hilang".

Merindukan obrolan renyah, piring plastik berisi beberapa tusuk sate, nasi bungkus kertas cokelat, papan panjat tebing, segelas jahe panas, dan satpam berseragam putih. []

Blitar, 10 Februari 2023

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak