Komunitas Penulis dan Branding Diri


Boril mengakhiri periode kepengurusannya pada sebuah komunitas kepenulisan. Beberapa foto ia bagikan ke sosial media, dan itu membuat temannya terkejut.

Kamu ikut komunitas penulis ya?

Keterkejutan teman-temannya muncul karena dua hal: 

Pertama, selama ini Boril tak mempersonifikasikan diri sebagai penulis, atau setidaknya orang yang akrab dengan buku-buku.

Kedua, tak banyak dari teman-temannya yang merasa pernah membaca tulisan Boril, jangankan buku, sekadar coretan ringan saja tak pernah.

Teman lainnya, lebih ekstrem lagi, apa benar dia penulis? Sebab kemampuan berbahasa Boril terbilang rendah. Vibesnya gak dapet.

***

Lain halnya dengan Viska, dia seorang yang cerdas dan berwawasan. Moment nongkrong santai di kafe bisa ia sulap menjadi diskusi segar dan sangat intelektual.

Teman-temannya selalu kagum dengan Viska, banyak wawasan dan perspektif baru mereka dapatkan dari Viska.

Wajar lah, Viska kan penulis, otomatis rajin baca dan mengamati realitas sosial, kan.

Tetapi kenapa Viska tak ikut komunitas penulisnya Boril?

***

Tak ada yang menjamin jika ikut komunitas penulis akan membuatnya pandai menulis, atau bahkan jadi penulis.

Tak jarang yang hanya disibukkan pada urusan administrasinya saja.

Menulis dan berkomunitas memang dua hal yang berbeda, meskipun ketika disatukan menjadi komunitas penulis, maka dua skill tersebut secara bersamaan harus dikuasai.

Pengurus komunitas penulis adalah "buku" pertama yang dibaca masyarakat. Mereka akan melihat, siapa sih pengurusnya?

Oleh sebab itu, pengurus komunitas penulis sebaiknya memang mereka yang sudah punya kemampuan menulis atau ruang-ruang berkarya di bidang kepenulisan.

Dengan adanya sebuah wadah berupa komunitas, maka membuka jaringan lebih luas. Misalnya undangan pelatihan, seminar, bedah buku dan sejenisnya.

Pihak yang mengundang pun pasti akan lebih bahagia karena bisa mengundang kelompok masyarakat/komunitas yang memang bergerak di bidang kepenulisan, dan benar-benar punya produknya.

Komunitas sendiri juga harus menjaga iklim di dalamnya; iklim berkarya, pertemuan dan pelatihan internal untuk meningkatkan kemampuan anggotanya.

Komunitas penulis punya dua peran utama: merawat iklim produktif antar penulis dan mencetak penulis-penulis baru.

Komunitas mempertemukan mereka yang sudah terlatih, dengan mereka para pemula yang siap untuk melatih diri.

Komunitas adalah tempat diskusi, berdialog, menyuntikkan semangat, ide dan produktifitas.

Itulah kenapa perlu adanya komunitas, meskipun Viska tak pernah bergabung di dalamnya, mungkin karena dia tak yakin Boril bisa jadi support system baginya, meski jabatan Boril sebagai petinggi di komunitas tersebut. [FA]

Blitar, 9 Februari 2023
Suatu sore yang dingin

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak