Hasil Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) saya adalah ESFP-A, dengan skor ekstrover mencapai 74%. Itu artinya, jika mengacu pada teorinya Carl G. Jung, saya masuk kategori ekstrover dan nilainya cukup tinggi.
Hanya 26% saja porsi untuk introver. Padahal, secara insting, sepertinya saya seorang introver, minimal untuk menjelaskan dua hobi ini: membaca dan menulis.
Namun hasil tersebut sepertinya juga tak keliru. Manusia memang memiliki dua sisi tersebut, tinggal mana yang lebih dominan.
Jika hasilnya sekitar 50%, maka dia mungkin seorang Ambivert. Hanya saja tak masuk dalam klasifikasi tes di atas.
***
Banyak yang menyebut penulis adalah seorang introver. Sepertinya itu tak selalu benar, meski tak bisa disebut salah.
Seorang jurnalis misalnya, yang penyajian liputannya dalam bentuk tulisan, harus bertemu banyak orang untuk bisa menyusun soft news, feature atau interpreting news. Apakah dia seorang ekstrover?
Lalu bagaimana dengan penyair atau novelis? Mungkin bagi para penulis genre fantasi, horor atau thriller, sisi introver itu bisa lebih dominan karena bisa menemukan ide-ide liar sendirian.
Sapu lidi bagi seorang J.K Rowling bisa menjadi alat transportasi udara, hal yang nyaris tak terpikirkan oleh seorang realis.
Lantas, apakah sekumpulan penulis, atau yang hobi menulis, yang membentuk komunitas, adalah para introver? Untuk apa juga mereka berkumpul?
Tidak semua penulis mau berkomunitas, untuk apa? Mereka bisa tetap survive menjalani aktivitas menulisnya tanpa perlu bertemu banyak orang.
Mereka bisa mendesain kamar menjadi ruang kerja, dihiasi asesoris pendukung, quotes inspiratif, ditambah alunan instrumental atau lagu-lagu indie terkini.
Mereka juga bisa duduk menyendiri di kafe atau kedai kopi, sambil memasang earphone, di kursi paling pojok yang tak terdistraksi lalu lalang pengunjung.
Namun ada juga yang harus punya komunitas. Semangat naik turun membuatnya tak bisa konsisten, pertemuan menjadi candu karena ternyata banyak hal baru disitu.
Komunitas penulis sekilas paradoks dengan anggapan orang tentang penulis itu sendiri. Namun nyatanya ada.
Perihal apakah para penulis murni kaum introver, sepertinya tidak demikian, mereka mungkin bisa memanfaatkan sisi introvernya lebih maksimal.
Selain penulis juga ada pemusik, pelukis, designer, editor video, dan lain sebagainya.
Namun ada juga kaum introver yang hanya menghabiskan waktunya menyendiri, mendengarkan musik, menonton, atau rebahan di sisa waktu luangnya.
Tumapel, 30 Mei 2023
Ahmad Fahrizal Aziz