Kegelisahan Abi

Foto by Rahmat Suwarno



FLP Blitar lahir, kemudian menjadi wadah terbuka:


Mereka yang ingin belajar menulis pun bergabung, mendapat materi, mengasah skill dan menelurkan karya perdananya.


Mereka yang sudah punya skill menulis namun belum konsisten, bergabung untuk tukar tambah semangat, merawat iklim berkarya.


Mereka yang sudah mahir, bergabung untuk berbagi ilmu, memberi masukan, menyebar informasi terkini, dan mentorship.


Sebagai suatu wadah, FLP Blitar telah mempertemukan manusia satu dan lainnya, institusi satu dan lainnya.


Lewat wadah bernama FLP Blitar, tak sedikit yang akhirnya memetik manfaat, berkolaborasi, ikut event, dapat project, mewakili ke suatu undangan dan mendapat penambahan kualitas.


Ya, itulah sebagian dari sepuhan manfaat berada di FLP Blitar. Produk utamanya bukan program-program momentual, tetapi manusianya. Manusia yang serupa panah dan komunitas sebagai busurnya.


Manusia-manusia itu bisa pergi, namun ia telah menjadi panah emas, dengan ujung tajam, terhempas jauh membelah awan. Itulah yang perlu disyukuri ketika sebuah komunitas hadir.


Selanjutnya, tidak semua panah mau (dan mampu) menjadi busur. Eksistensi FLP Blitar tak seharusnya hanya dilihat dari ada atau tidak adanya program, namun berapa panah yang telah dilesatkan.


Mereka yang sudah menemukan "jiwa" menulisnya, mempublikasikan karya-karyanya, apapun bentuknya. Mereka yang telah menjadi bintang panggung.


Mereka yang telah membentuk lingkaran kultural, tidak saja membawa iklim produktif, namun juga perjumpaan yang penuh kebahagiaan dan rasa syukur.


Kembali ke Kegelisahan Abi


Apa yang menjadi kegelisahan Abi adalah lanjutan dari cerita panjang yang telah hamba tulis sebelumnya, bisa dicek di bawah "tulisan terkait".


Gelisah, resah, sedih, kesal, keluh kesah adalah hal manusiawi dan harus diutarakan agar tidak menjadi kepulan karbondioksida di dalam kepala.


Tetapi, para penggerak literasi di Blitar raya ini, penulis, pegiat sastra, budaya dan seterusnya, di antaranya pernah dan masih menjadi bagian dari FLP Blitar.


Tidak perlu resah, kurangi keluh dan nikmati secangkir teh harum tanpa gula, agar bisa merasakan kenikmatan alaminya.


Tabik,

Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir di blog ini ya.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak