Belum Selesai



Struktur beton yang masih mentah tampak jelas dalam proses pengerjaan, namun belum mencapai bentuk idealnya. 


Pilar-pilarnya menjulang vertikal, menopang balok-balok horizontal yang membentang di atasnya, membentuk rangka utama bangunan. 


Kolom-kolomnya, dengan permukaan kasar bekas cetakan bekisting, berdiri dalam pola simetris yang dirancang untuk mendukung beban gedung di masa depan.


Di antara kolom-kolom tersebut, balok-balok beton terlihat tebal dan kuat, berfungsi sebagai penghubung antarstruktur vertikal sekaligus penyokong lantai di atasnya. 


Plat lantai yang sudah dicor terbentang luas di bawah dan atas, dengan permukaan kasar yang menunggu proses finishing. 


Beberapa ujung balok masih memperlihatkan tulangan besi yang mencuat, menandakan adanya kebutuhan tambahan pekerjaan struktural.


Bagian bawah bangunan, tempat para pekerja sering berlalu-lalang, tampak dipenuhi oleh material. 


Tumpukan kayu bekisting, yang sebelumnya digunakan untuk mencetak beton, berserakan di salah satu sudut, sebagian besar masih utuh, sementara sisanya terlihat sudah mulai lapuk terkena cuaca. 


Di dekatnya, tumpukan bata ringan berdiri rapi, siap menjadi dinding bangunan yang saat ini masih berupa rangka terbuka.



Atap sementara dari lembaran plastik hitam membentang di beberapa bagian atas bangunan, melindungi area di bawahnya dari terpaan hujan. 


Namun, penutup sementara ini terlihat sudah mulai kendor, sebagian terlepas dari rangka kayu yang menopangnya. 


Perancah atau scaffolding logam tampak tersandar di beberapa kolom, memberikan akses bagi pekerja untuk menjangkau bagian atas bangunan.


Namun, di tengah proses yang tertunda, gedung ini menjadi tuan rumah bagi sebuah acara penuh makna. 


Pada tanggal 23 Desember 2024, Malam Purnama Sastra 2024 diadakan di sini, mengubah suasana konstruksi menjadi ruang perayaan literasi. 


Acara ini menjadi ajang peluncuran buku antologi puisi berjudul "Dari Blitar untuk Indonesia Jilid 2", yang membawa tema besar "Harapan untuk Blitar." 


Banner besar terpampang di salah satu bagian gedung, menampilkan visual bangunan setengah jadi yang menjadi saksi langsung perhelatan sastra tersebut.


Backdrop acara, dihiasi dengan tulisan Malam Purnama Sastra 2024, berdiri di tengah struktur beton yang belum rampung. 


Karpet merah kecil dihamparkan untuk memberikan kesan formal di tengah suasana konstruksi. 


Tamu-tamu berdiri dan berpose di depannya, menyaksikan bahwa sastra dapat hidup di mana saja, bahkan di bawah naungan bangunan yang masih jauh dari kata selesai.


Kehadiran acara ini memberikan warna baru pada gedung perpustakaan yang terbengkalai. 


Bangunan yang seharusnya menjadi pusat literasi fisik justru telah menjadi simbol literasi itu sendiri, meskipun belum selesai. 


Di tengah kolom beton dan balok yang belum sempurna, kata-kata puisi menggema, memenuhi ruang yang belum memiliki dinding. 


Harapan dan semangat tidak membutuhkan bentuk sempurna untuk hidup. 


Literasi dan seni, seperti gedung ini, akan terus berkembang meskipun dalam keterbatasan.


Acara ini menjadi simbol bahwa pembangunan adalah proses yang terus berjalan. Pembagunan jiwa terutama.


Gedung ini telah memulai misinya sebagai ruang di mana literasi dan seni dapat berkembang, menyatukan komunitas, dan menyulut harapan bagi masyarakat Blitar dan sekitarnya. 


Meski, belum selesai. []


Tabik,

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak