Suma Oriental, Kritik dan Relevansinya



Sejarah kolonialisme tidak dapat dipisahkan dari produksi pengetahuan Barat tentang dunia Timur. 


Abad ke-16 yang dikenal sebagai "The Age of Discovery" menjadi titik awal eksplorasi besar-besaran bangsa Eropa. 


Melalui proses ini, Timur sering dipandang sebagai objek pasif yang dipahami dan diatur melalui perspektif Barat. 


Pandangan ini melahirkan perspektif yang membentuk narasi dominan historiografi kawasan Asia Tenggara, salah satunya melalui Suma Oriental karya Tome Pires.


Kolonialisme tidak hanya melibatkan ekspansi fisik, tetapi juga dominasi narasi melalui apa yang disebut textual empire. 


Melalui laporan perjalanan, catatan ekspedisi, dan dokumen kolonial, Barat membangun gambaran tentang Timur sebagai wilayah eksotis dan terbelakang. 


Laporan ini memperkuat hegemoni Barat sekaligus menjadi referensi penting hingga saat ini.


Di Asia Tenggara, karya seperti Suma Oriental memainkan peran besar dalam menggambarkan dinamika masyarakat dan perdagangan pada abad ke-16. 


Namun, narasi ini sering dipengaruhi oleh bias orientalis yang melihat Timur dari sudut pandang kolonial.


Suma Oriental karya Tome Pires memberikan deskripsi rinci tentang Asia Tenggara, khususnya Jawa dan Malaka. 


Pires mencatat struktur perdagangan, budaya, dan politik di kawasan ini, namun dengan subjektivitas yang mencerminkan pandangan Eropa. 


Bias ini membuat karya tersebut sering kali memperkuat stereotip dan superioritas Barat.


Meski demikian, Suma Oriental tetap menjadi sumber penting untuk memahami interaksi awal antara Barat dan Timur. 


Karya ini membuka wawasan tentang pertemuan budaya yang melibatkan adaptasi, konflik, dan harmoni, meskipun perlu dianalisis secara kritis untuk mengungkap bias yang terkandung di dalamnya.


Historiografi Asia Tenggara sangat dipengaruhi oleh laporan kolonial seperti History of Java karya Raffles dan History of Sumatra karya Marsden. 


Karya-karya ini menciptakan narasi yang menonjolkan peran Barat dan sering kali mengabaikan perspektif lokal. 


Dalam konteks ini, Suma Oriental menjadi bagian dari tradisi produksi pengetahuan yang mencerminkan dominasi narasi kolonial.


Pendekatan kritis terhadap karya-karya semacam ini penting untuk memperbaiki kesenjangan dalam narasi sejarah. 


Suma Oriental dapat dilihat tidak hanya sebagai catatan sejarah, tetapi juga sebagai cerminan kekuasaan dan ideologi pada masa kolonial.


Suma Oriental adalah contoh penting bagaimana produksi pengetahuan Barat membentuk cara pandang terhadap Asia Tenggara. Meskipun penuh bias, karya ini tetap relevan dalam studi historiografi modern. 


Pendekatan kritis terhadap teks ini membantu menciptakan narasi sejarah yang lebih seimbang dan inklusif, sekaligus memahami dampak kolonialisme terhadap pembentukan identitas Asia Tenggara.


Semoga tertarik untuk membacanya. []


Tabik,

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak