Keunggulan Perpustakaan Kabupaten Blitar


Suasana di Taman Si Rizki dekat Ruang Baca Kontainer, Dispusip Kabupaten Blitar. Dok/pribadi



Tersiar kabar jika Perpustakaan Daerah Kabupaten Blitar akan dibangun megah, dan justru saya khawatir.


Sementara lainnya bergumam penuh rasa syukur sambil membayangkan gedung dua lantai dengan fasilitas yang lebih memadahi.


Bagi pejabat dan pegawai Dinas, ini akan menjadi babak baru, karena bisa berkantor pada sebuah gedung yang representatif.


Tidak lagi harus menyulap bekas bangunan pabrik menjadi kantor, depo arsip dan ruang berisi rak-rak buku.


Saya justru khawatir andai Perpustakaan itu dibangun, maka pohon-pohon sekitarnya akan hilang, termasuk dua pohon besar di halaman depan dan pohon durian di sisi timurnya.


Ternyata tidak, gedung akan dibangun di atas lahan baru, agak kebelakang, dan tak perlu merobohkan gedung atau pepohonan yang ada. Lega.


Proses pembangunan juga tak menganggu aktivitas dinas, juga ruang baca, pegawai tak perlu mengungsi sembari menunggu gedung jadi.


Sebagus apa gedung Perpustakaan baru itu? Bisakah mengungguli Perpustakaan Bung Karno? Batin saya.


Bagi penikmat buku di Blitar, Perpustakaan Bung Karno tak terkalahkan, mulai dari gedungnya, fasilitasnya hingga jumlah koleksi bukunya.


Wajar, sebab UPT langsung dari Perpustakaan Nasional, dan pembangunannya mendapatkan afirmasi khusus, pun barangkali juga budget program.


Jika ingin meminjam buku, mengerjakan tugas, Perpus Bung Karno adalah pilihan utama, terlebih karena letaknya di tengah Kota.


Perpustakaan Kota Blitar sepertinya juga tenggelam oleh kemegahan Perpus Bung Karno. Maka perlu ada diferensiasi.


Mungkin gagasan new librarianship dari R. David Lankes masih cukup relevan, terutama ketika dia mengatakan Great libraries build communities dalam Expect More Demanding Better Libraries for Today's Complex World.


"Perpustakaan yang buruk membangun koleksi, perpustakaan yang baik membangun layanan, perpustakaan yang hebat membangun komunitas." - R. David Lankes

Gagasan Lankes sangat progresif meski penerapannya tak akan mudah, namun sebagai sebuah ide sangat brilian.


Bagaimana pengunjung memiliki ikatan pada Perpustakaan dan relasi berkelanjutan dengan Pustakawan?


Perpustakaan Kabupaten Blitar diberkahi lingkungan yang asri, meski di pinggir jalan raya yang berisik.


Tampak rindang Rubber Tree sebagai peneduh alami, juga Durio Zibethinus di sisi timur berdampingan dengan kolam dan sungai kecil.


Saat ini area tersebut telah dilengkapi kursi dan meja payung, sambil membayangkam di beberapa titiknya ada rak-rak tancap seperti Bookhive di Taman Suropati.


Ini akan menjadi pengalaman menarik dan berbeda, terkhusus bagi mereka yang merindukan udara segar, di bawah pepohonan, dibanding ruangan yang dibekap AC.


Hal yang tak dimiliki oleh Perpus Bung Karno, atau Perpus Kota Blitar sekalipun. Berkah ekologis.


Coba hitung, ada berapa jenis pohon yang ada di sekitar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Blitar?


Tagline wisata literasi mungkin juga tak berlebihan jika konsep eco library itu telah terintegrasi, meski belum tentu sesuai dengan kultur birokrasi.


Bagaimana pemeliharaan bukunya? Sirkulasinya, keamanannya, dlsb.


Perpustakaan Daerah Kabupaten Blitar memiliki lahan luas, meski lokasinya tidak tepat berada di titik tengah Kabupaten Blitar, cenderung njepat ke sisi barat.


Untuk mereka yang berdomisili di wilayah Selorejo, Doko, Kesamben atau deretan selatan dekat bibir pantai, berkunjung ke sana bukan hal yang sederhana.


Kegiatan pertunjukan seni yang bisa disemarakkan tiap akhir pekan di bawah pohon durian. Dok/pribadi

Namun eco library akan menjadi penawarnya, suatu konsep berbeda yang sejauh ini belum dimiliki oleh Perpustakaan besar lainnya di Blitar.


Jika memungkinkan, para pengunjung itu memiliki ikatan emosional sehingga bisa menjadi sebuah komunitas berkelanjutan.


Untuk apa saya harus menempuh jarak puluhan kilometer menuju tempat itu? Alasan itulah yang perlu diciptakan.


Kegiatan membaca buku bisa dielaborasi dengan kegiatan lain seperti pertunjukan seni dan diskusi buku. Menarik, bukan?


Dan ... Perpustakaan Kabupaten Blitar sudah memiliki keduanya. []


Tabik,

Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak