![]() |
Pertemuan FLP Blitar di sebuah kafe seberang BRI. Dok/lokal |
Seorang teman mengutarakan kerinduannya mengikuti pertemuan FLP Blitar.
Kapan ada lagi? Tanyanya.
Move on dong, jawabku.
***
FLP Blitar rilis tahun 2008 ketika novel-novel religi sedang naik daun.
Tema-tema cinta berbalut agama sedang laku keras dan karena itu lahirnya FLP Blitar disambut dengan euforia.
Di Blitar, berdasar dialog di Radio Mayangkara sehari sebelum peresmian, FLP adalah komunitas menulis pertama.
Sebagai komunitas masyarakat mungkin iya, namun sebagai lembaga yang melatih skill menulis, mungkin tidak.
Sebab di sekolah-sekolah ada ekstrakurikuler Jurnalistik, KIR, dan sejenisnya. Di Kampus ada LPM, UKM, dsj.
Namun yang spesifik membahas karya sastra, mungkin iya. Meski tidak "nyastra banget" seperti yang dipikirkan orang.
Sayangnya, beberapa bulan berikutnya aku harus fokus ujian nasional dan selanjutnya merantau ke kota sebelah untuk menuntut ilmu.
Kembali ke obrolan sebelumnya, kenapa harus move on?
FLP Blitar telah mengalami regenerasi, strukturnya baru, eranya sudah berbeda, gaya berliterasinya mungkin juga berubah.
Ketika kembali tahun 2016, agenda FLP Blitar secara konvensional dilanjutkan: pertemuan mingguan dan menerbitkan buku.
Mungkin ada inovasi, misalnya mulai punya website, ada panggung seni di Ampiteater Perpus Bung Karno, ada kelas-kelas menulis.
Inovasi lainnya adalah keliling sekolah dan kampus. Semua sudah pernah terjadi antara tahun 2016-2020, dan ini sudah tahun 2025.
![]() |
Acara bersama KPU Kota Blitar di rumah pintar Pemilu. Dok/lokal |
Mereka yang pernah berproses di FLP Blitar sudah banyak bertransformasi, khususnya secara personal.
Meskipun keanggotaannya tak berbatas waktu dan usia, namun sudah saatnya generasi lama move on.
Kita tidak mungkin kembali menjadi pengurus, akan menganggu pengurus baru karena pasti ada "toxic seniority".
Lagipula, apalagi yang harus diperbuat di dalamnya. Selama berproses di FLP Blitar sejak awal, sudah banyak program dijalankan.
FLP sebagai wadah bagi pemula adalah satu dari sekian banyak ekosistem yang melatih orang agar suka membaca, dan selanjutnya menulis.
![]() |
Program menerbitkan buku bersama Perpustakaan Bung Karno. Dok/lokal |
Belakangan aku pun juga rindu pertemuan sederhana itu, namun orientasinya sudah berbeda.
Tidak lagi dikhususkan agar anggota menyukai membaca dan menulis, namun lebih jauh lagi membahas bacaan, karya tulis dan adakah dampak ekonominya?
Sedikit pengalamanku sebagai "peternak" blog sebenarnya ingin aku kombinasikan lewat komunitas ini. Setiap anggota suka membaca, menulis dan punya blog.
Bacaan itu merangsang lahirnya tulisan, dan harus monetize.
Penulis bisa menghasilkan uang dari tulisannya, entah dikirim ke media lalu mendapat honor, diterbitkan lalu dapat royalty, atau ikut lomba dan menang.
Juga ada cara yang lebih bisa diukur, yaitu ngeblog, dan berkomunitas. Artinya ada ekosistem di dalamnya.
Aku juga akan membantu mendongkrak pengunjung lewat belasan halaman "gado-gado" yang punya belasan ribu followers.
Selain itu juga akan merekomendasikan iklan selain adsense yang mudah untuk monetize, terutama adsterra dan Yliix, atau penyedia iklan lainnya.
Namun harus sudah punya NPWP dan Paypal, punya blog dan bisa mengelola blog termasuk menyusun tata letak, template hingga meta deskripsi.
Komunitas ini tidak akan melayani pertanyaan bagaimana cara bikin blog?
Diskusinya pun juga mengambil buku yang referensial untuk dibahas, kalau perlu berbahasa Inggris.
Tidak ada lagi pertanyaan, bagaimana menumbuhkan minat baca, atau bagaimana agar konsisten menulis?
Tentu tidak semua ngeh dengan penjelasan di atas, karena segmen ini memang tidak untuk semua orang.
Sebab ada yang jago ngeblog, namun tidak suka menulis, mereka semakin subur di era ChatGPT.
Ada yang suka menulis, namun enggan untuk ngeblog. Suka baca buku namun enggan untuk menulis, apalagi ngeblog.
Suka dapat uang namun tidak lewat jalan baca buku, menulis dan ngeblog.
![]() |
Penampilan seni di Ampiteater Perpustakaan Bung Karno. Dok/lokal |
Tidak mudah menemukan beberapa minat di atas menjadi satu kesatuan.
Kalau hanya duduk, di lingkari beberapa buku, membahas teori basic menulis, itu sudah pernah dilakukan, dan harus dilestarikan.
Segmen itu yang terus diperjuangkan oleh aktivis lapak baca dan komunitas menulis.
Perlu ada segmen khusus, dan pastinya tidak di FLP Blitar. Karena itu mari move on, dan mari memperkaya khazanah literasi di Blitar dengan cara yang berbeda.
Kita sudah tak lagi seperti dulu yang hanya melakukan ini sebatas hobi. Kita perlu tambahan pendapatan, dan bila itu bersumber dari hal-hal yang kita sukai, kenapa tidak?
Catatan ini sekaligus undangan terbuka. Blog ini juga sudah dilengkapi tombol whatsapp yang bisa ditap kapanpun. []
Blitar, 20 Juni 2025
Ahmad Fahrizal Aziz