Residu

Di tengah renyai hujan sore ini,
kutemukan bayangmu yang mulai bias,
seperti cahaya yang enggan
menjelma bentuk pasti.

Desiran angin membawa namamu,
pelan, nyaris tak terdengar,
hanya menyisakan dengung lirih
yang bergetar di liang sunyi, pada rongga dadaku.

Perpisahan ini bukan badai,
ia lebih menyerupai kabut tipis,
yang pelan-pelan memudarkan jejakmu,
meninggalkan residu rindu di tiap langkah.

Aku tak menangis,
hanya menunduk,
mendengar langit yang berbicara
dalam bahasa air dan kenangan.

Bukan tak ingin menahanmu,
tapi karena... bahwa beberapa cerita memang harus ditulis untuk berakhir.

Blitar, 25 Mei 2025
Puisi Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak