10 Hotel Mewah yang Pernah Saya Inapi

Bersantai di dekat kolam renang hotel Mövenpick, Surabaya. |
Sejak masa kuliah, saya terlibat dalam berbagai kegiatan seperti workshop, pelatihan, hingga capacity building yang mengharuskan tinggal di hotel.
Ini adalah pengalaman yang sepenuhnya baru bagi saya—seorang anak dari keluarga biasa di lingkungan sederhana, yang tak pernah sekalipun membayangkan akan menginap di hotel.
Bagi saya, hotel adalah simbol kemewahan—bangunan bertingkat, pencahayaan hangat, ranjang empuk, dan pendingin ruangan yang senyap.
Tak pernah berpikir akan bisa tinggal di sana, apalagi dengan biaya sendiri. Pengalaman pertama menginap di hotel terjadi justru karena menjadi peserta kegiatan, bukan sebagai tamu yang membayar penuh.
Itulah pintu masuk ke dunia yang tak saya kenal sebelumnya.
Bagi sebagian orang dari kelas menengah ke atas, tinggal di hotel adalah hal lumrah, bagian dari liburan keluarga atau perjalanan bisnis.
Namun bagi saya, ini pengalaman langka yang memberi kesan mendalam.
Lewat keterlibatan dalam kegiatan sosial, akademik, atau pengorganisasian masyarakat, saya justru mendapatkan kesempatan untuk singgah di tempat-tempat yang sebelumnya terasa jauh dan asing.
Berikut adalah sepuluh hotel pertama tempat saya menginap, yang dibiayai oleh jaringan organisasi atau tempat kerja.
1. UMM Inn (sekarang Rayz Hotel Malang)
Berlokasi di seberang kampus III Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), hotel ini dahulu dikenal sebagai UMM Inn, hotel pendidikan yang dikelola langsung oleh universitas.
Kini telah berubah nama dan wajah menjadi Rayz Hotel, hotel bintang tiga dengan arsitektur modern.
Saya menginap di sini saat mengikuti pelatihan yang diadakan oleh The Asia Foundation dan UMM terkait penguatan kapasitas organisasi mahasiswa.
2. Hotel Pendidikan Universitas Terbuka, Malang
Saya lupa nama persis hotel ini, namun lokasinya masih di kawasan Malang dan dikelola oleh Universitas Terbuka.
Fasilitasnya standar penginapan akademik, dan saat itu saya hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terkait penguatan moderasi beragama di kalangan mahasiswa.
3. Villa Toety, Batu
Meski bukan hotel dalam arti formal, Villa Toety memiliki fasilitas setara hotel keluarga: kamar mandi dalam, air panas, kolam renang dan dapur bersama.
Terletak di dataran tinggi Kota Batu yang sejuk, saya menginap di sini dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Agama, membahas penguatan pendidikan karakter dan nilai-nilai toleransi.
4. Aston Tropicana Hotel, Cihampelas, Bandung
Berlokasi strategis di pusat kawasan belanja Cihampelas, hotel bintang empat ini terkenal dengan kenyamanan kamar dan akses ke pusat kuliner Bandung.
Saya ke sana dalam rangka studi banding tim Majalah Suara Akademika ke Universitas Katolik Parahyangan dan Universitas Padjadjaran.
Perjalanan ini memberikan perspektif baru dalam pengelolaan media kampus.
5. Swiss-Belinn Bogor
Hotel bintang tiga ini berada di jantung Kota Bogor, tidak jauh dari Kebun Raya dan pusat kota.
Saya menginap di sana saat menghadiri program Creating Space yang diselenggarakan oleh Oxfam Canada dan Yayasan Kesehatan Perempuan, membahas isu kekerasan berbasis gender dan penguatan komunitas HKSR.
6. Hotel Santika Premiere Gubeng, Surabaya
Sebagai bagian dari jaringan Santika, hotel bintang empat ini dikenal dengan layanan ramah dan menu sarapan khas Indonesia.
Berlokasi di kawasan strategis Gubeng, Surabaya, saya menghadiri Forum Group Discussion dan pertemuan regional program advokasi kesehatan reproduksi oleh Yayasan Kesehatan Perempuan.
7. Hotel Kuretakeso, Kemang, Jakarta Selatan
Hotel bergaya Jepang ini cukup unik, lengkap dengan sentuhan minimalis dan onsen/sentō (pemandian umum) ala Jepang.
Terletak di kawasan Kemang yang trendi, saya hadir dalam pelatihan Seafam bersama tenaga medis, advokat, dan aktivis sosial yang fokus pada isu keluarga dan hak kesehatan seksual.
8. eL Hotel, Banyuwangi
Hotel bintang tiga yang berada dekat pusat kota Banyuwangi ini menjadi lokasi pertemuan akbar Musyawarah Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur.
Fasilitasnya memadai, cukup luas dengan kolam renang yang menyenangkan.
9. Movenpick Hotel, Wonocolo, Surabaya
Mewah dan elegan, Movenpick Surabaya City adalah hotel bintang lima dengan fasilitas premium. Terletak di kawasan Wonocolo, dekat pusat bisnis dan rumah sakit, saya mengikuti pelatihan Community Organizer yang diselenggarakan oleh MPKU PP Muhammadiyah bersama USAID.
Ini salah satu hotel terbaik yang pernah saya tempati sejauh ini.
10. Hotel Santika Blitar
Hotel bintang tiga yang cukup representatif di Blitar ini menjadi tempat pelatihan enumerator untuk program Integrated Local Plan (ILP) dari MPKU PP Muhammadiyah, bekerja sama dengan USAID dan Kementerian Kesehatan.
Pengalaman ini unik karena hampir seminggu terasa seperti "menginap di kota sendiri", tapi dengan suasana berbeda.
Selain daftar di atas, sebenarnya masih ada beberapa hotel lain yang saya kunjungi namun saya lupa nama dan kegiatan spesifiknya.
Termasuk hotel-hotel lokal Blitar seperti Grand Mansion dan Hotel Puri Perdana yang sering jadi lokasi kegiatan pelatihan daerah.
Tentu tidak semua kegiatan dilakukan di hotel. Ada pula yang berlokasi di penginapan sederhana, asrama, hingga rumah warga.
Namun hotel-hotel di atas memberikan pengalaman yang membekas karena menjadi simbol pergeseran pengalaman hidup saya—dari orang yang dulu hanya lewat dan melihat hotel dari luar, kini menjadi salah satu penghuninya, walau hanya semalam atau dua.
Perlu dicatat, daftar ini bukan dalam urutan kronologis, melainkan hanya berbekal ingatan yang mulai memudar.
Dan catatan ini juga bukan untuk pamer, karena untuk apa pamer jika semua ini dibiayai pihak lain?
Catatan ini hanyalah usaha mengingat, menuliskan, dan tentu, bersyukur. []