Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

Dilema Bupati Blitar Terkait Sound Horeg




Coba kita memposisikan diri sebagai Bupati Blitar, yang didampingi Wakilnya saat berstatement terkait sound horeg di hadapan awak media.


Beliau berkata, ada sisi manfaatnya, dari aspek ekonomi. Bahkan sempat berencana menggelar festival sound horeg.


Prediksi saya, festival itu mungkin akan dibatalkan jika melihat derasnya arus penolakan.


Namun, Bupati Blitar tidak keliru berstatement seperti itu. Ia seorang Bupati, bukan tokoh agama, apalagi Mujtahid.


Perputaran uang dalan event sound horeg memang besar, mulai dari biaya sewa, tiket, pedagang sekitarnya, juga sponsor.


Bupati tidak berpikir halal haram, Bupati berpikir bagaimana kegiatan yang bisa meningkatkan ekonomi warga terus didukung.


Sound Horeg sedang tumbuh berkembang di Blitar, dan tiba-tiba digempur oleh fatwa haram yang disambut derasnya dukungan pelarangan.


Kedekatan Bupati dan wakilnya dengan pengusaha sound horeg juga tak bisa dipungkiri.


Setidaknya, dibanding paslon satunya, Bupati dan wakil bupati terpilih saat masih kampanye menunjukkan kedekatan yang lebih intens dengan bos-bos sound.


Bupati Blitar ingin tampil moderat: tidak melarang, namun tetap harus diatur, lokasinya, estetikanya, dan hiburan pengiringnya.


Bupati Blitar tidak ingin mengambil jalan ekstrem untuk langsung melarang. Ia mendambakan kestabilan.

Namun sikap itu membuat beliau ditertawakan oleh warganet, bahkan di kolom-kolom komentar media nasional.


Statementnya langsung viral karena mengandung "news value" yang tinggi. Terutama kalimat: ingin menggelar festival sound.


Statement yang langsung dibungkus oleh media dan dibingkai sebagai bentuk dukungan.


Mereka yang terusik oleh sound horeg, yang telinganya berdengung, dadanya sesak, rumahnya bergetar, gentengnya rontok, hidupnya terusik, menjadi pihak yang menyayangkan statement Bupati Blitar.


Penikmat sound horeg di Blitar memang banyak, pengusahanya juga ada beberapa plus dengan timnya. Namun yang menolak juga banyak.


Di akar rumput, sosial media penuh dengan perdebatan pro dan kontra. Bahkan sudah pada debat kusir.


Di masyarakat, sudah tercipta segregasi sosial antara pihak yang pro dan kontra festival sound horeg.


Apakah Bupati kita akan tetap berupaya menempuh jalur moderat?

Realitas
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar
Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.