Kenapa Orang Kaya itu Tidak Ikut Ormas?

Selepas shalat jumat di salah satu Masjid Ikonik Kota Blitar, seorang teman bertanya: kenapa gak diwakafkan saja ke ormas ya?
Lantas saya pun melempar balik pertanyaan: jika kamu punya cukup uang, apakah akan ikut Ormas?
Mungkin pertanyaan ini menarik juga: pemilik Masjid ini afiliasi ormasnya kemana?
Setidaknya ada 3 ormas yang secara representatif tepat dalam diskusi ini, yaitu Muhammadiyah, NU dan LDII.
Ketiganya mengelola tanah wakaf, juga punya basis kultural yang kuat.
***
Apakah orang kaya harus terafiliasi dengan ormas? Hmm...
Orang kaya, apalagi super kaya, punya kekuatan capital yang memungkinkan dia mewujudkan apa yang menjadi idealisme spiritualnya.
Sementara ormas, adalah tempat berkumpulnya orang yang punya visi, misi dan gagasan yang sama untuk mewujudkan ide-ide organisasi.
Dua hal di atas sangatlah berbeda, andai kita renungi lebih dalam.
Misal, jika anda punya cukup uang untuk membangun sebuah Masjid, untuk apa melibatkan banyak orang?
Namun, jika anda ingin membangun Masjid dan belum mampu secara mandiri, maka harus mencari orang dengan pemikiran yang sama untuk mewujudkannya. Itulah kekuatan ormas.
Ormas bertumpu pada basis sosial, berorientasi pada sistem yang dibingkai dengan AD/ART, Pedoman organisasi dsj.
Keputusan dibuat lewat musyawarah, yang prosesnya mungkin tidak sederhana, ada dialektika, tarik ulur, dlsb.
Sebaliknya, orang super kaya akan lebih efisien jika merumuskan sebuah kebijakan, pengambilan keputusan akan lebih sederhana karena hanya bertumpu padanya.
Ormas bukan habitat kaum kapital, itulah sebabnya mereka tak berafiliasi pada satu ormas tertentu, kalaupun terafiliasi biasanya lebih sebagai donatur atau support system, bukan pimpinan.
Sebab jika menjadi pimpinan, rawan terjadi gap karena disparitas kapital yang ekstrem.
Lantas, apa fungsi ormas bagi orang yang punya basis kapital?
Instrument hukum bisa dibuat lewat yayasan yang mereka kelola sendiri, termasuk biaya operasional, atau dana renovasi dan pengembangan bila diperlukan.
Bagi mereka, untuk apa ormas? Apalagi jika Masjid tersebut bisa menjadi magnet bagi Umat Islam terlepas apa afiliasi ormasnya.
Mereka yang punya kekuatan kapital lebih leluasa mendesain "amal sosialnya" tanpa payung ormas.
Beda dengan orang seperti kita, yang masih memerlukan ormas sebagai basis ideologi dan gerakan.
Yayasan tersebut bisa diwariskan ke keluarga dan anak cucunya.
Kecuali, jika keluarganya kelak tidak ada yang mau (atau tidak mampu) meneruskan yayasan tersebut, aset-asetnya mungkin akan diwakafkan ke ormas.
Ya, mungkin orang kaya tidak memerlukan ormas sebagai sistem, tapi memerlukannya sebagai ideologi.
Tabik,