Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

Batas Minum Kopi Harian


Gelas kopiku sehari-hari. Dok/pri



Kebiasaan minum kopi sepertinya baru terjadi di hidupku sekitar tahun 2013, terutama di tengah padatnya jadwal liputan dan pekerjaan lainnya.


Waktu sekolah, kebiasaan itu belum ada, tidak ada ritual ngopi pagi agar lebih fokus, termasuk awal-awal kuliah.


Semua berawal sejak terjangan dateline yang gila-gilaan dan tekanan yang kuat. Bila dilacak, justru awalnya dari kedai kopi di pinggir jalan, siang hari.


Di sela keliling mengais berita yang melelahkan, berbaur dengan deru kendaraan yang super padat di Kota Malang, secangkir kopi hangat memberi dampak berbeda.


Otak seperti fresh lagi, padhang kata orang Jawa. Mungkin itu hanya sugesti, namun efek kafein di dalamnya juga tak bisa dinafikan.


Sejak itu minum kopi menjadi daya tarik tersendiri, menggeser kebiasaan ngeteh atau minum susu segar kopsae, yang telah menjadi favoritku sejak tinggal di Malang.


Susu segar Kopsae adalah produk lokal, murni, ada kemasan kecil. Harganya terjangkau, kadaluwarsanya pun hanya beberapa hari, tanpa pengawet.


***


Ritual minum kopi terjadi dua kali dalam sehari, khususnya malam hari, ditambah sebatang dunhill mild


Sebagai penyangga fisik, keduanya adalah kolaborator yang sempurna.


Hingga sekarang, minum kopi adalah ritual yang tak terpisahkan. Namun karena kerjanya tak lagi di lapangan, maka kolaboratornya tidak begitu dibutuhkan.


Sesekali saja, L.A Menthol atau Camel Fresh berry yang lebih terjangkau. Tidak setiap hari, hanya saat diperlukan.


Teruntuk kopi, tak bisa ditawar. Minimal segelas sehari, porsi kecil saja. Atau maksimal dua gelas, bisa lebih jika sedang agenda di luar. Masih pakai gula.


Selain air mineral, yang aku minum ya kopi, jenis minuman lainnya sangat opsional. Pun ketika nongkrong di kafe.


Kopi hitam atau kopi tubruk, V60, Americano, adalah standar umumnya.


Vietnam drip, kopi susu dan variannya masuk list berikutnya, jika ingin ada variasi.


Lalu bagaimana jika sehari saja tidak minum kopi? Efeknya pusing, aku pernah nyoba, dan ketika pusing datang, minum kopi tak begitu saja bisa meredakan. Perlu sentuhan paracetamol.


Rada gawat sih sebenarnya, orang Jawa bilang sudah nekek kopi alias kecanduan.


Saat bulan Ramadan, sahur harus wajib minum kopi, sebagai bekal 12 jam berikutnya.


Padahal kopi punya efek diuretik, dokter tak merekomendasikan, namun kondisi tubuhku belum bisa menegasikan hal tersebut.


Kupikir, lebih efektif minum kopi saat sahur daripada saat berbuka yang mungkin bisa mengacaukan jadwal tidur.


Sekarang, pas lagi full di rumah, aku ngopi dua kali sehari. Bila menyebut merk, Brontoseno adalah rajanya, berikutnya Top Coffee black, jika terpaksa masih ada Kapal Api.


Sesekali juga pergi ke toko kopi untuk membeli biji kopi murni, lalu digiling dan dikemas sebagai stok di rumah.


Arabica fermentasi adalah favorit, sebab hanya jenis kopi ini yang (di lidahku) nyaman dinikmati tanpa gula.


Harganya pasti lebih mahal, dan karena berhitung budget, Brontoseno sudah paling pas dari segi rasa dan harga, meski belakangan harganya juga naik.


Tabik,

Ahmad Fahrizal A.

cerpri
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar
Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.