10 populer curl

Syahdunya Mendengarkan Konser Klakustik


KLa Project KLAKUSTIK CONCERT | Remastered 2025 | FULL VERSION

KLa Project dan KLa Kustik, Perjalanan Musik yang Menggugah Jiwa

KLa Project adalah salah satu ikon musik pop Indonesia yang lahir di era 1990-an, dikenal dengan lirik-lirik puitis yang mendalam, melodi yang menyentuh, dan aransemen yang kaya akan nuansa jazz, pop, dan etnik. 

Band ini tidak hanya menciptakan lagu-lagu hits yang abadi, tetapi juga berevolusi melalui proyek-proyek inovatif seperti KLa Kustik, yang mengeksplorasi sisi akustik dari karya-karya mereka. 

Artikel ini akan mengupas sejarah KLa Project, transformasinya menjadi KLa Kustik, serta karya-karya monumental yang membuat mereka tetap relevan hingga kini.

Sejarah KLa Project: Dari Surabaya ke Panggung Nasional

KLa Project dibentuk pada tahun 1990 di Surabaya, Jawa Timur, oleh empat sahabat yang memiliki passion mendalam terhadap musik: Katon Bagaskara (vokal utama), Lilo (keyboard dan backing vocal), Adi (gitar), dan Eet Sjahranie (gitar dan komposer utama). Nama "KLa" sendiri merupakan singkatan dari "Karya Lirik dan Art", yang mencerminkan visi mereka untuk menciptakan karya musik yang sarat makna dan seni. 

Awal mula band ini berawal dari pertemuan di sebuah kafe di Surabaya, di mana mereka sering jamming lagu-lagu barat dan mulai bereksperimen dengan lirik berbahasa Indonesia yang penuh filosofi.

Pada 1992, KLa Project merilis album debut berjudul *KLa Project*, yang langsung menjadi sensasi. Album ini diproduksi oleh Aquarius Musikindo dan menampilkan lagu-lagu seperti "Yogyakarta" dan "Kangen", yang liriknya menggambarkan kerinduan dan keindahan tanah Jawa dengan cara yang romantis sekaligus melankolis. Kesuksesan album ini membawa mereka ke panggung nasional, termasuk tampil di Festival Musik Indonesia dan acara-acara televisi seperti *Academy Awards*. 

Sepanjang 1990-an, KLa Project merilis serangkaian album yang memperkuat posisi mereka sebagai band pop-rock progresif. Mereka sering berkolaborasi dengan musisi lain, seperti Glenn Fredly dan Chrisye, dan turut merintis genre "pop etnik" di Indonesia dengan memadukan elemen gamelan dan suling. Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Pada 1998, Eet Sjahranie meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, yang menjadi pukulan berat bagi band. Katon Bagaskara kemudian melanjutkan perjuangan, meregenerasi formasi dengan musisi baru seperti Rony AP (drum) dan Iman (bass), sambil menjaga esensi kreatif KLa Project.

Hingga kini, KLa Project tetap aktif meski dengan formasi yang berubah-ubah. Mereka sering tampil di konser nostalgia dan festival musik, serta merilis single baru yang tetap setia pada akar lirik puitis mereka.

KLa Kustik: Evolusi Akustik yang Intim

Jika KLa Project adalah ledakan emosi dalam bentuk band penuh, maka KLa Kustik adalah versi yang lebih intim dan raw—sebuah proyek akustik yang lahir pada awal 2000-an sebagai respons terhadap permintaan penggemar akan penampilan yang lebih sederhana. 

KLa Kustik pertama kali muncul melalui tur akustik pada 2003, di mana Katon Bagaskara dan rekan-rekannya menyajikan ulang lagu-lagu hits dengan aransemen minimalis: hanya gitar akustik, piano, dan vokal yang mendominasi, tanpa drum elektronik atau efek berlebih.

Proyek ini bukan sekadar tur, melainkan sebuah pernyataan artistik. KLa Kustik menekankan kekuatan lirik dan melodi asli, membuat pendengar merasakan kedalaman emosi yang lebih dalam. 

Album live *KLa Kustik* dirilis pada 2004, yang direkam dari penampilan di Teater Salihara, Jakarta. Album ini menjadi best-seller dan memenangkan penghargaan dari Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk kategori Best Folk/Acoustic Album.

KLa Kustik juga menjadi platform bagi Katon untuk bereksperimen solo, di mana ia sering mengajak musisi tamu seperti Endah & Resha atau Andien. 

Hingga 2025, proyek ini masih hidup melalui penampilan sporadis dan rilis digital, menjaga warisan KLa Project tetap segar di era streaming.