Pesulap Merah Radhival, Si Pawang Dukun


Marcel Radhival, Pesulap Merah nyentrik itu menjelaskan tentang belief system.

Bahwa, keyakinan bisa merubah kenyataan. 

Dimulai dari cara pandang yang merubah sikap, sikap menciptakan kebiasaan, kebiasaan menjadi katakter, dan karakter membentuk kenyataan.

Kenyataan yang kita alami saat ini berasal dari karakter diri, prosesnya sangat panjang.

Termasuk ketika kita percaya pada dukun, belief system itu akan mengikat, sehingga apapun akan terjadi sesuai apa yang diyakini.

Karena itu, Marcel mengambil satu tipe konten yang berbeda dari magician lain, yaitu pawang dukun.

Ia sering membongkar trik dan segala model praktek perdukunan atau sejenisnya, dan itu membuatnya punya tempat tersendiri di mata masyarakat.

###

Mungkin kita akan berpikir kenapa orang masih percaya atau menggunakan cara-cara non-ilmiah.

Padahal, kita sudah diperkenalkan dengan ilmu pengetahuan yang lebih terukur.

Misalnya terkait percekcokan rumah tangga, banyak yang menggap itu faktor dari luar, yang memengaruhi salah satu atau kedua belah pasangan.

Begitupun ketika sakit, tidak selalu orang mengira itu karena masalah fisiologis, mungkin juga "dapat kiriman".

Kata orang Blitar, ora sak baene.

Maka, dalam tradisi lama kita selalu diberi "pegangan" berbentuk fisik maupun non fisik agar selamat.

Itu sudah menjadi sistem berpikir masyarakat tradisional sejak lama, termasuk soal hitung-hitungan hari baik dan buruk.

Masuknya agama tidak lantas menghapus sistem berpikir tersebut, justru semacam ada kombinasi tersendiri.

Misal, jimat juga bertuliskan arab, amalan bacaan pun juga mengambil dari kitab suci.

Seolah tak ada lagi batas profan antara keduanya, dan Marcel masuk dengan penjelasan belief system.

Belief system tak terbatas pada agama atau budaya, namun ada dalam diri manusia itu sendiri.

Meskipun, seiring berkembangnya sains, sistem berpikir manusia juga berubah.

Ketika sakit mereka mulai ke dokter, ketika terjadi percekcokan rumah tangga mereka ke psikolog, ketika ingin kaya ya bekerja keras, ketika ingin usahanya berkembang ya membangun relasi berdasar teori komunikasi bisnis yang efektif.

Sementara sistem kepercayaan yang tersisa tinggal antara dirinya dan Tuhan, tanpa perantara siapapun dan apapun.

Namun prakteknya tidak demikian, sistem berpikir tradisional masih berkembang hingga saat ini.

Apalagi sejak Federico de Onis memunculkan istilah post-modernisme, lalu Arnold J. Toyn Bee menerbitkan buku Study of History, tentu keduanya berangkat dari bidang seni dan sejarah.

Pemikiran itu berkembang ke bidang yang lain, namun semangat post-modernism adalah menciptakan skeptisisme (meragukan sesuatu) dan menghapus batas-batas ilmu pasti.

Dalam bidang kesehatan misalnya, orang mulai berpikir apa benar peralatan medis dan obat-obatan kimia itu adalah satu-satunya penyembuh?

Lalu, kita lihat sekarang, mulai maraknya pengobatan alternatif berbasis herbal.

Pandemi Covid-19 juga seolah mengembalikan manusia pada "tradisi" lamanya.

Suasana ini memberi celah untuk tumbuhnya kembali sistem berpikir tradisional dan ketika itu menjadi keyakinan, maka entitas tersebut akan terus lestari.

Marcel si pesulap merah seolah ingin membongkar belief system tersebut dan menyakinkan banyak orang bahwa hidup yang berubah sebenarnya berasal dari pikiran kita sendiri.

Andai manusia tahu alurnya, ia tak perlu perantara siapapun. Tak ada suatu keajaiban melebihi apa yang dirubah Tuhan melalui pikiran manusia itu sendiri.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]


Senin, 25 Juli 2022
Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir di blog ini ya.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak