Laporkan Penyalahgunaan

Blog Archive

Blog Archive

Tags

Categories

Labels

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's.

Popular Posts

Hey there, We are Blossom Themes! We are trying to provide you the new way to look and use the blogger templates. Our designers are working hard and pushing the boundaries of possibilities to widen the horizon of the regular templates and provide high quality blogger templates to all hardworking bloggers!

Random Posts

3/random/post-list
6/recent/ticker-posts

Most Popular

Popular Posts

Langsung ke konten utama

Hidup dalam rasa benci, atau cinta



Nyatanya khotbah tentang cinta tak selalu lebih mudah dari prakteknya. Hidup dengan rasa cinta jauh lebih susah ketimbang hidup dengan rasa benci dan penuh prasangka negatif. Dalam cinta biasanya muncul kebencian, meski tak jarang hal kebalikannya pun terjadi.

Seorang lelaki tega menghabisi nyawa pacarnya karena cemburu. Cemburu adalah bukti bahwa ia pernah cinta. Cinta yang berlebih, cinta yang overdosis, yang akhirnya tidak saja menimbulkan kebencian, namun menimbulkan hilangnya akal sehat.

Seorang pemeluk agama tega melakukan kekerasan atas dalih penegakan hukum, padahal mereka sepakat kalau agama itu sumber rahmat, kasih sayang, dan pencerahan. Rasa suci yang berlebih akhirnya pun justru tidak men-suci-kan. Melainkan justru menimbulkan kekotoran baru, bercak darah dalam sejarah agama yang selalu di khotbahkan sebagai jalan kebenaran, kesucian, keselamatan, hingga perdamaian.

Rasa cinta butuh di pupuk, namun rasa benci hadir begitu saja, melalui narasi media-media, melalui omongan demi omongan, atau melalui pola pikir setiap individu yang memang menolak sang liyan, the others, atau yang berbeda dengannya. Keberbedaan itulah yang menyebabkan kepentingan masing-masing.

Takut menderita bukan berarti melahirkan penderitaan baru. Bukankah hidup dalam rasa benci itu sungguh sebuah penderitaan juga?

31 Januari 2016
A Fahrizal Aziz

Komentar