Laporkan Penyalahgunaan

Blog Archive

Blog Archive

Tags

Categories

Labels

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's.

Popular Posts

Hey there, We are Blossom Themes! We are trying to provide you the new way to look and use the blogger templates. Our designers are working hard and pushing the boundaries of possibilities to widen the horizon of the regular templates and provide high quality blogger templates to all hardworking bloggers!

Random Posts

3/random/post-list
6/recent/ticker-posts

Most Popular

Popular Posts

Langsung ke konten utama

Memandang Politik (1)

Untuk apa belajar ilmu politik? Pertanyaan reflektif tersebut diajukan oleh dosen pengampu mata kuliah Ilmu Politik kala itu. Meski kami mahasiswa jurusan Pendidikan, namun juga mendapatkan tiga mata kuliah sosial yaitu Ilmu Politik, Ilmu Ekonomi, dan Sosiologi.


Saya yang aktif dalam organisasi mahasiswa, memang sempat beberapa kali mengikuti kajian politik. Bahkan bisa disebut, kajian politik merupakan hal yang wajib bagi mahasiswa.


Kemudian juga ikut kontes politik kecil-kecilan skala kampus, sebagai bagian dari praktek berpolitik. Meski politik tidak sekedar pemilu, pilkada, dsj.


Karena itulah saya sedikit tahu, bahwa ada lima tingkatan orang berpolitik. Yaitu karena kepentingan ekonomi, jabatan, pengaruh, prestise dan pengabdian. Level pengabdian ini adalah level tertinggi.


Karena politik menjadi disiplin ilmu, maka ia menjadi kajian terbuka dan dipandang secara positif. Yang pertama harus dijauhkan ketika belajar ilmu politik, adalah menganggap politik itu kotor. Karena itu fikiran negatif. Ilmu harus dikaji dengan fikiran positif.


Masalahnya, banyak anak muda yang apolitik. Kriteria anak muda itu, yang masih berusia dibawah 40 tahun. Karena dalam ilmu Psikologi, orang berusia diatas 40 tahun, biasanya sudah mapan dengan cara berfikirnya dan sukar berubah.


Anak muda, terutama usia pelajar dan mahasiswa, sangat memungkinkan untuk mengkaji ilmu seluas-luasnya, termasuk ilmu politik. Tidak harus secara klasikal di ruang perkuliahan.


Anak muda berupaya mempertanyakan secara kritis, stigma bahwa politik adalah zona yang sengit, dan mungkin kotor. Tapi apakah semua politisi itu orang kotor dan tidak punya sumbangsih? Nyatanya tidak.


Maka sebelum mengkaji sesuatu, fikiran terbuka dan positif itu perlu dibangun, agar ilmu bisa masuk sepenuhnya. Tidak sekedar yang kita inginkan atau sesuai selera saja. Seperti, mengkaji politik hanya untuk mencari letak kotornya politik.


Dengan begitu, kita tidak hanya sekedar menyempitkan politik sekedar perebutan kekuasaan dan jabatan, tapi lebih luas dari itu. Selamat menyimak tulisan berseri ini. []


~ A Fahrizal Aziz

Komentar