Kalau menyebut kata dakwah, mungkin akan muncul anggapan sok menggurui, merasa paling tahu, dsb. Padahal tidak. Dakwah itu arti sederhananya adalah mengajak, menyeru, dan menganjurkan.
Sementara literasi, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mencakup dua hal saja : membaca dan menulis.
Artinya, dakwah literasi adalah mengajak orang untuk membaca dan menulis. Tapi karena ini sifatnya dakwah, maka ada alasan serta tujuan besar kenapa mengajak melakukan hal tersebut.
Semisal begini, dalam suatu wilayah, didapati sekelompok orang atau individu, yang melanggar nilai-nilai Islam atau belum menjalankan nilai-nilai Islam, maka dibutuhkanlah dakwah Islam.
Dakwah Islam bukan berarti mengajak orang masuk Islam, tapi mengajak orang menjalankan nilai-nilai Islam. Sementara nilai-nilai Islam itu sifatnya universal.
Seperti berbuat baik kepada sesama, tidak menyakiti tetangga, menjaga kebersihan, berbagi sebagian harta, toleran, sampai tersenyum ketika bertemu orang lain juga merupakan nilai-nilai Islam.
Keberhasilan dakwah Islam adalah ketika sebuah wilayah menjalankan nilai-nilai Islam yang universal. Lebih komplit lagi jika akhirnya yang awalnya non muslim kemudian berhijrah menjadi muslim. Namun tidak ada paksaan dalam hal ini.
Lagipula, tidak semua muslim pun juga serta merta menjalankan nilai-nilai Islam. Termasuk lembaga yang berbentuk agama.
Ambil contoh begini, bandingkan kamar mandinya sekolah agama dengan bank konvensional. Pelajaran taharah, kesucian sudah pasti diajarkan di sekolah, tapi belum tentu dalam aspek kebersihan dan kesucian lebih baik dari kamar mandinya bank konvensional tersebut yang tidak berbentuk agama.
Mungkin akan muncul alasan, karena pihak bank membayar pekerja untuk membersihkan toilet. Namun bagaimanapun caranya, ternyata bank tersebut lebih mejalankan nilai Islam tentang kebersihan, meski lembaganya tidak berbentuk agama.
***
Lantas kenapa dakwah literasi masih dibutuhkan?
Membaca dan menulis sejujurnya nampak menjadi hal asing, bahkan jika dikaitkan dengan aktivitas keagamaan. Jika ada kegiatan keagamaan, seberapa banyak lembaga atau kelompok masyarakat yang menjadikan membaca dan menulis sebagai bagian dari festival keagamaan?
Padahal, perintah pertama Al Quran adalah Iqra'. Bacalah. Membaca adalah perintah paling awal, sekaligus paling kita lupakan.
Dakwah literasi memiliki akar teologis yang kuat dalam Agama, namun nampak tercerabut begitu saja. Termasuk juga dengan menulis. Karya tulis menjadi jembatan ilmu, sekaligus menjadi media yang ampuh untuk menyampaikan gagasan-gagasan kita.
Keduanya, membaca dan menulis terasa makin ditinggalkan. Bahkan untuk sekedar memberi ucapan selamat lebaran saja, copy paste milik orang.
Apalagi soal gagasan. Betapa banyak yang tidak berani berfikir mandiri dan mengekor pada persepsi publik, yang belum tentu ia pahami secara detail.
Mungkin karena itulah dakwah literasi masih sangat dibutuhkan. []
Blitar, 28 Juni 2017
A Fahrizal Aziz