Berapa Budget Memelihara Kucing?

Thuyul Sharma lagi mager.



Sejak SD di rumahku terbiasa ada kucing. Mulanya kucing lokal, yang makannya menyesuaikan dengan apa yang ada di dapur.


Kebetulan dapur kami setiap hari ada daging atau olahan daging. Kucing-kucing itu datang dan pergi/RIP silih berganti hingga sekarang.


Pada akhir tahun 2020, saat pandemi, tidak ada kucing di rumah kami. Kucingku, si bonyil, entah kemana tak pulang-pulang.


Suasana jadi berbeda, apalagi keharusan di rumah. Btw, sebelumnya aku jarang di rumah, apalagi sejak kuliah dan bekerja selama 7 tahun di Malang.


Akhirnya aku mengadopsi kucing lagi, dan inilah adopsi kucing paling serius, setelah si bonyil.


Karena mulai ada budgeting makanan kucing, tidak seperti kucing-kucing terdahulu.


Ada dua kucing betina yang kuadopsi, kucing betina calico (telon) kunamai Thuyul dan Mili. Thuyul jenis Mixdom dan Mili jenis lokal.


Thuyul (berkalung) dan Mili

Keduanya kawin dengan kucing jenis Persimed. Dari Thuyul lahir 3 anak: Milo, Mola dan Meli.


Dari Mili lahir 3 anak juga: Dombi, Dumi dan satunya belum sempat dikasih nama karena dihibahkan.


Thuyul dan Mili diadopsi saat usia 4 bulan, jadi sudah bisa makan makanan kering. Aku biasa membeli Bolt yang sekilo harga Rp20.000,- untuk 2 kucing 1kg bolt bisa untuk 4-5 hari.


Saat keduanya punya anak. Fokus makanan tetap pada induknya, karena bayi kucing mendapatkan asupan langsung dari induknya hingga kira-kira usia 2 bulan (tergantung kucingnya).


Dombi ketika bayi

Saat kucing beranjak remaja, biasa aku membeli makanan basah. Kadang aku campur dengan nasi, meskipun ada yang mengatakan nasi tidak baik untuk kucing.


Tetapi anak-anak Thuyul adalah produk nasi yang dicampur makanan basah dan syukur Alhamdulilah tumbuh besar dan gemuk-gemuk hingga sekarang.


Makanan basah kaleng 400gram di Pet Shop sekitar Rp14.000,- tergantung merk. Kalau merk Royal Cannin atau minimal Wiskhas tentu lebih mahal.


Kalau yang kemasan 85gram seharga Rp6.000,-. Namun setelah tersapih dari induknya, kucing-kucing itu aku kasih makanan basah sampai kira-kira sebulan kemudian baru makanan divariasikan dengan nasi putih.


Si Bonyil

Budget memelihara anak kucing yang baru tersapih dari induknya memang lebih mahal dibanding yang dewasa, yang sudah bisa makan makanan kering.


Saat dewasa, full makanan kering, dan sesekali saja ketika pas dapet rezeki lebih dibelikan makanan basah kaleng adult, agar kucing tidak bosan.


Namun ini baru untuk budget makanan, dan untuk kucing jenis lokal atau mixdom yang perawatannya relatif lebih simpel.


Secara pribadi aku memang lebih suka memelihara kucing mixdom. Posturnya sedikit berbeda dari kucing lokal, perawatannya lebih simpel, dan attitudenya lebih baik, terutama ketika kencing dan berak. (Meskipun itu juga bisa dilatih sejak kecil).


Budget itu belum termasuk bedak kucing, yang harganya bervariasi. Aku beli yang harga Rp8.000,- dan itu bisa untuk dua minggu, sebab tidak setiap hari kucing-kucing itu aku bedakin, paling 3 hari sekali.


Bedak kucing membantu agar bulu tetap wangi dan sekaligus mencegah jamur. Bedak juga bisa menjadi pengganti mandi sehingga tidak perlu memandikan kucing dengan air setiap hari.


Mola, Dombi dan Dumi

Meskipun kucing mixdom lebih mudah dimandikan dengan air dibandingkan kucing berbulu lebat yang pengeringannya harus maksimal, jika tidak bisa memicu tumbuhnya jamur.


***


Budget lain yang harus dikeluarkan adalah ketika kucing sakit. Lemah, tak nafsu makan atau bahkan keracunan sesuatu.


Kucing terkana jamur misalnya, perlu dibelikan obat antibiotik khusus kucing, atau jika kucing harus mendapatkan perawatan medis.


Sekarang sudah banyak Pet Care yang khusus menangani hewan peliharaan.


Aku sarankan agar memelihara kucing dalam jumlah terbatas, maksimal 2 atau 3. Agar bisa lebih mudah merawatnya. Jika terlalu banyak, mungkin kewalahan, dan bisa over budget.


Apalagi memelihara kucing secara midset berbeda dengan memelihara hewan ternak. Hewan ternak bisa diambil manfaatnya secara materiil, sementara kucing?


Saat kita memelihara kucing, konflik kecil di rumah kadang tak bisa dihindari, terutama saat kencing dan berak sembarangan. Apalagi yang masih tinggal bersama orang tua.


Kita suka memelihara kucing murni karena keinginan saja, karena mukanya yang lucu atau tingkah lakunya yang menyenangkan.


Dapat apa? Ya dapat kesenangan.


Sebagian video aku dokumentasikan di channel YouTube Kucing Sharma Story [TONTON DI SINI]

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak