Bagaimana Bila FLP Blitar Bubar?


KARENA satu per satu kegiatan FLP Blitar mulai tak jalan, dan sepertinya memasuki masa vakum, ada seseorang yang berkata: misalnya FLP Blitar bubar, pasti mas Fahri paling sedih ya selaku salah seorang pendirinya?


***

Potensi FLP Blitar untuk bubar memang besar, terutama karena tahun depan (2023) harus musyawarah cabang (musycab) pergantian periode.


Sementara, saat terakhir perjumpaan dengan ketua FLP Blitar, Lulu Kamalia, di Havana Kopi, ia mengeluhkan sedikitnya pengurus yang mau aktif, bahkan saat rapat hari itu yang datang hanya dua orang: dia dan Ikhla.


Lalu dengan pengurus yang tidak aktif, bagaimana bisa mengadakan musycab nanti?


Benarkah akan bubar?


Sampai sekarang saya masih heran, kok bisa ya FLP Blitar vakum kegiatan? Ini justru diluar prediksi. Aneh bin ajaib, kenapa?


Sebab secara formasi kepengurusan, era Luluk ini paling komplit, paling tertata dengan jaringan yang relatif lebih banyak.


Jika dibandingkan eranya Pak Saif, Rosy atau Pak Hendra, periode ini diprediksi jauh lebih eksis dan pembagian tugasnya lebih ringan.


Banyangkan dulu satu orang bisa rangkap dua divisi, dan begitu terseok-seoknya ketika bikin kegiatan seperti launching buku dan parade puisi karena minimnya personil.


Belum lagi ketika harus memenuhi undangan ke sekolah-sekolah lewat program goes to school.


Sekarang tidak demikian, jumlah anggotanya lebih banyak, terlebih ada banyak anggota potensial yang kiprah kepenulisannya lumayan oke, misalnya seperti Bagas Abi, Rizky, Zulfa, Hana, Anto, dll.


Selain itu ditopang oleh generasi sebelumnya sebagai support system yang masing-masing juga punya kiprah menawan dan memperkuat aktivitas kepenulisan di dalamnya.


Tidak masuk akal jika harus vakum dan apalagi bubar. Pasti ada sesuatu yanga perlu diulas lebih mendalam.


Posisi pengurus


Meskipun ada banyak anggota hebat, dalam komunitas perlu ada power dari ketua dalam pengelolaan komunitas.


Uniknya, dalam komunitas kepenulisan, power terbesar adalah keteladanan berkarya, yang bisa menumbuhkan iklim positif di dalam organisasi.


Komunitas kepenulisan tidak bisa diperlakukan pure layaknya organisasi pada umumnya, karena ini adalah sekumpulan orang dengan minat dan passion yang sama.


Kadang-kadang justru bukan komunitasnya yang dipandang, tapi orang-orang di dalamnya.


Ini ada plus dan minusnya, mengelola FLP Blitar tak perlu seketat mengelola organisasi pada umumnya, namun figuritas atau personifikasi yang menyakinkan orang jika kita seorang penulis juga sangat penting.


Artinya, saat menjadi pengurus harus sudah selesai dengan urusan tulis menulis, dalam arti sudah menemukan role dalam bidang kepenulisan yang digeluti.


Lanjut atau bubar?


Pada beberapa kesempatan saya berjumpa dengan beberapa pengurus, dan sebenarnya semua baik-baik saja.


Mereka tetap produktif dan juga merindukan suasana yang dulu, sampai saya berpikir ini masalahnya apa sih?


Diujung telepon seseorang mengabarkan jika rutinan akan kembali diaktifkan, namun itu sebatas rencana yang kemudian tak terealisasi.


Melihat suasana ini, sepertinya ada kemungkinan: terjadi diskoneksi antara pengurus. Ibarat satu jaringan listrik, ada satu titik yang no responses dan itu titik penting.


Jadi, FLP Blitar tidak aktif bukan karena semua pengurusnya tidak aktif, mungkin hanya satu dua tapi posisi yang penting dalam menentukan kebijakan.


Jika bubar, apa langkah selanjutnya?


FLP Blitar mungkin bubar, namun yang bubar adalah kepengurusannya. Grup whatsappnya akan tetap menjadi wadah berbagi informasi dan diskusi banyak hal.


FLP Blitar sebagai basis komunitas akan tetap hidup. Jadwal-jadwal ngopi tetap ada, dan akan lebih informal.


Jadi saya tidak sedih bila FLP Blitar bubar, toh posisi saya sudah bukan pengurus. Tugas sejarah di FLP Blitar sudah tertunaikan dengan baik bersama periode sebelumnya.


Jika tahun depan Musycab tidak bisa digelar karena diskoneksi yang tak kunjung teratasi di internal FLP Blitar, mentok kepengurusan sekarang akan berlanjut. Luluk akan tetap menjadi ketua, berikut jajaran pengurus dibawahnya.


Kecuali mengundurkan diri, semuanya, baru akan bubar.


Namun ingat, yang bubar adalah organisasinya, orang-orangnya akan terus berkarya, menghasilkan tulisan-tulisan mutakhir, ngeblog, mengatur jadwal ngopi bareng, manggung baca puisi dan sebagainya.


Sudah banyak anggota yang mendapatkan ruang berkaryanya tanpa bantuan komunitas.


Bedanya, jika FLP Blitar bubar, tak akan ada penerimaan anggota baru, tak akan ada rutinan, program bestari otomatis juga off, blog sepi dan jarang ada tulisan baru, tak akan ada pula pengadaan kartu anggota.


Hari ini, sepertinya mulai begitu. []


Blitar, 1 Desember 2022

Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak