Berkunjung ke Perpusnas selalu menyenangkan. Gedungnya megah, koleksinya bejibun, dan lokasinya strategis; seberang Monas, berdampingan dengan gedung-gedung penting negara.
Selain memperbaharui kartu anggota, hari itu ada beberapa buku koleksi langka yang ingin aku lihat, terkait dengan kepemiluan.
Sistem keanggotaan Perpusnas sudah terintegrasi dengan keanggotaan UPT Perpus Bung Karno. Jadi buat kalian yang sudah memiliki kartu anggota Perpus BK, tidak perlu mengisi form lagi, cukup ke loket untuk mendapatkan kartu cetakan terbaru.
Tetapi, jangan lupa print nomor antrean dulu, dan jangan lupa menitipkan barang bawaan di loker lantai 1.
***
Singkat cerita, setelah menyusuri lantai 14, 12 dan 13, kalori terkuras cukup habis dan perlu asupan lagi, jam sudah lewat pukul 12.00.
Untuk mendapatkan buku-buku di koleksi langka, dan non koleksi umum lainnya, kita harus memesan dulu lewat komputer Opac yang tersedia. Hampir setiap lantai ada.
Cari kata kuncinya, lihat judul buku dan nomor panggilnya, lalu isi form pemesanan. Kebetulan buku yang aku cari ada di lantai 13 dan 14, maka aku menuju ke lantai itu untuk menginformasikan buku yang sudah kupesan.
Petugas akan meminta kartu anggota dan melihat list pemesanan, kita diminta menunggu sejenak. Sebuah mesin antar buku berderit dan membawakan beberapa eksemplar buku. Canggih sekali woy.
Lalu petugas akan memanggil nama kita. Karena itu koleksi non umum, maka tidak bisa dipinjam dan dibatasi mengaksesnya, pagi itu aku hanya bisa mengakses hingga jam 14.00.
Aku sarankan bawa air minum dalam perjalanan naik turun lift, dari lantai ke lantai, menyusur eskalator, ternyata capek dan haus, meski di dalam ruangan berpendingin.
Dari lantai 13, turun dengan lift ke lantai 3. FYI, lift Perpusnas hampir selalu penuh, harus sabar menunggu, dan ketika terbuka pun kadang sudah pada batas muatan, terpaksa menunggu lift berikutnya.
Sementara, eskalator hanya sampai lantai 4. Jika mau menikmati koleksi umum di lantai 21 dan 22, ya harus bersabar di dalam lift.
Namun jangan khawatir, ada 4 lift umum dan dua lift prioritas.
Lelah di dalam lift terbayar dengan pemandangan Jakarta Pusat yang begitu memukau dari lantai 20 ke atas, Monas terlihat mungil. Cocok untuk foto pre wedding.
***
Setelah mengelilingi lantai 3, kantin tak juga terlihat. Lalu turun ke lantai 2, turun lagi lantai 1, di pojok dekat pintu keluar ada kafe, itu bukan kantin, namun kedai kopi.
Setelah dicek, ternyata kantin di lantai 4. Akupun menaiki eskalator lagi dan berjalan memutar sampai lantai 4. Ada kantin di sana, dan ramai sekali.
Beberapa stand makanan bisa kita pilih, ada menu beserta harganya. Semangkuk Soto Ayam kupesan, sebuah nota diberikan dan kami harus antri membayar di kasir.
Di kasir itu kita juga bisa memesan menu tambahan, misalnya kue, minuman atau gorengan.
Setelah membayar, kita mendapat nomor meja dan pesanan akan diantarkan. Terdapat banyak kursi dan meja warna warni, tinggal pilih sesuka hati.
Harga semangkok Soto Ayam Rp23.000,-, nasinya terpisah. Namun tenang saja, rasanya enak, bumbu rempahnya terasa, dan sajiannya menarik.
Ya, meskipun Soto Ayam Lamongan selatan Perpus BK juga tak kalah rasanya. Bahkan lebih sedap karena kuahnya selalu panas. []
Gambir, 6 Maret 2024