Mbah Chafif

 



Sejak melanjutkan sekolah ke SGA/PGAA di Kota Malang, Mbah Chafif mulai bersinggungan secara intens dengan Muhammadiyah.


Salah seorang gurunya, H. Umar Thalib, mendidiknya menjadi Da'i Muhammadiyah. Ia pun sering didaulat mengisi kajian dan menjadi khatib Jumat di Masjid-masjid Muhammadiyah.


Sekembalinya ke Blitar dan menjadi pegawai negeri, ia ditempatkan di PGA Muhammadiyah, lalu aktif di Pemuda Muhammadiyah, hingga menjadi ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Blitar masa jabatan 1995-2000.


***


Kami mengetuk pintu sebuah rumah sederhana di Jalan Veteran, Kota Blitar. Tak sulit menemukan rumah Mbah Chafif karena di samping pintu ada papan nama beliau.


Sosok sepuh itu kemudian menerima kami dengan terbuka.


"Aku i wes 86 tahun, kancaku wes entek," kelakarnya di sela perbincangan.


Mbah Chafif adalah satu dari dua narasumber utama dalam riset sejarah Muhammadiyah Blitar. Terlebih karena pernah mejabat ketua PDM.


Beliau bercerita banyak hal mulai dari awal kenal Muhammadiyah, kiprah sewaktu aktif di Pemuda Muhammadiyah, hingga masa kepemimpinannya yang krusial antara tahun 1995-2000.


Di antara yang menarik adalah kiprah Pemuda Muhammadiyah yang dulu aktif berdakwah ke pelosok-pelosok Blitar.


"Justru dulu yang aktif dakwah ke pelosok-pelosok itu Pemuda," tuturnya.


Di zaman itu, dengan keterbatasan sarana, tentu tidak mudah menjangkau sudut-sudut Blitar yang masih minim penerangan, tidak semua jalan pun diaspal, perlu fisik yang prima dan waktu yang cukup, Pemuda lah yang bisa diharapkan untuk itu.


Beliau juga menceritakan kegemilangan lembaga pendidikan Muhammadiyah, yang merupakan sekolah Islam swasta pertama di Blitar.


"Sejak dulu ya di cokro itu," tegasnya.


Di Jalan Cokroaminoto itu, pernah berdiri 11 lembaga pendidikan Muhammadiyah, mulai SG-A, SG-B, PGA, Sekolah sore dll yang beliau tidak ingat persis semua namanya.


Muridnya tidak hanya dari Blitar, ada dari Trenggalek bahkan luar Jawa. Saat itu, lembaga pendidikan Muhammadiyah menjadi sekolah swasta favorit.


Tak kalah menarik, adalah cerita terkait sulitnya posisi ormas di masa orde baru, ketika ada mono loyalitas. Muhammadiyah terkena dampak serius, terlebih sebagian besar pimpinannya adalah pegawa negeri, termasuk Mbah Chafif.


Saat itu, tak sedikit kader Muhammadiyah yang berstatus pegawai negeri "tiarap" sejenak untuk mengamankan diri.


"Meskipun begitu, mereka kalau shalat Jumat ya tetap di Masjid Muhammadiyah," kenang Mbah Chafif.


Muhammadiyah pun mendapat angin segar setelah pada muktamar ke-43 di Banda Aceh, Presiden Soeharto mengaku sebagai "bibit Muhammadiyah".


Saat itu, khusus pegawai negeri, tak khawatir lagi mengaku sebagai Muhammadiyah, dan bisa terus aktif di Muhammadiyah.


Mbah Chafif, disamping memimpin Muhammadiyah, juga menjadi kepala Departemen Agama. Antara tahun 1995-2000, di masa kepemimpinannya, banyak peristiwa bersejarah terjadi.


Seperti perubahan politik selepas lengsernya Pak Harto, pendirian PAN yang menggunakan jejaring Muhammadiyah hingga tingkat ranting.


PAN, meski secara formal tidak berkait dengan Muhammadiyah, namun tokoh sentralnya, Prof. Dr. Amien Rais, adalah tokoh Muhammadiyah, dan berdirinya PAN di daerah-daerah, menggunakan jaringan Muhammadiyah. Itu fakta yang tak bisa dipungkiri.


***


Di usianya yang sudah sepuh, ingatan Mbah Chafif masih sangat tajam. Termasuk detail nama dan peristiwa. Masih mampu menjelaskan kronologi secara runtut.


Bahkan beberapa kali mengoreksi info-info yang saya paparkan, yang menurut beliau kurang tepat.


Ada banyak cerita lampau yang bisa dipetik pelajaran, menjadi ibrah bagi generasi kini. Termasuk bagaimana melahirkan sosok "Chafif baru". Seorang yang alim dan ideologis.


Beliau menyajikan banyak cerita, persepsi, sekaligus mengaitkan dengan kondisi sekarang. 


Beliau termasuk yang optimis jika Muhammadiyah Blitar semakin maju, kalaupun ada yang turun itu hal biasa. Misalnya, kondisi lembaga pendidikannya.


"Semoga bisa terus maju, naik turun itu wajar, pokok terus berjuang," pesannya.


***


Sosok bersahaja itu telah berpulang, Ahad 2 Juni 2024. HM. Chafif AR, BA, ketua PDM Blitar periode 1995-2000, Dewan Pertimbangan MUI Kota Blitar hingga akhir hayatnya. Pergi dengan mewariskan banyak keteladanan.


Ahad, 9 Juni 2024

Ahmad Fahrizal A.


*Obrolan dengan beliau banyak menggunakan bahasa Jawa, termasuk kutipan yang telah diubah menjadi bahasa Indonesia.



Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Blitar sejak 1960.



No

Nama Ketua

Masa Jabatan

1.

Ki Darmosarono

1960 - 1965

2.

Parto Mukri

1965 - 1970

3.

Bustami

1970 - 1975

4.

Abdul Wahid

1975 - 1980

5.

Tonomarto Suwigyo

1980 - 1985

6.

Abdurrahman Suryo

1985 - 1990

7.

H.M. Yasin Sulthon, BA

1990 - 1995

8.

H.M. Chafif AR, BA

1995 - 2000

9.

H. Marmin Siswojo

2000 - 2005

Pemekaran menjadi PDM Kota dan Kabupaten Blitar. Berikut ketua PDM Kabupaten Blitar

10.

H. Marmin Siswojo

2005 -2010

11.

H. Marmin Siswojo

2010 - 2015

12.

H. Hidayaturrahman, SE, MM

2015 - 2022

13.

H. Sigit Prasetyo, SE

2022 - 2027


Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak