Ipang Lazuardi adalah nama yang tidak dapat diabaikan dalam peta musik Indonesia.
Warna vokalnya sangat kuat: serak, hangat, dan penuh ekspresi. Menyampaikan berbagai emosi—dari harapan hingga kehilangan.
Karakter suaranya adalah penghubung emosi. Serak alami yang ia miliki, menambah kedalaman, menaburi setiap nada dan lirik, akrab sekaligus mencekam.
Ini terbukti dalam lagu-lagu hitsnya, seperti "Sahabat Kecil" dari film Laskar Pelangi, "Ada yang Hilang" dari film Realita, Cinta, dan Rock 'n Roll.
“Bintang Hidupku” salah satu yang paling kompleks memotret soal kesepian, kekaguman dan cinta dalam waktu bersamaan.
***
Ipang menjelajahi berbagai genre musik tanpa kehilangan jati dirinya.
Ia memulai karirnya di ranah rock alternatif bersama Plastik Band, sebuah band yang aktif pada era 90-an, sebelum bergabung dengan BIP pada 2004.
Lagu "Bosan" dan "1000 Puisi" menjadi bukti bagaimana ia menguasai genre ini. Rock alternatif, dengan energi dan kompleksitasnya, cocok dengan karakter vokalnya yang kuat dan dinamis.
Namun, karir solonya membuka pintu bagi eksplorasi genre lain seperti pop rock, ballad, dan akustik.
"Teruslah Bermimpi" menunjukkan bagaimana Ipang memadukan melodi yang ringan dengan pesan inspiratif.
Sementara itu, "Ada yang Hilang" menjadi contoh sempurna dari sisi ballad dan akustiknya, dengan aransemen sederhana yang memberikan ruang bagi vokalnya untuk bersinar.
Album solonya, Hey... Hey... Hey!, bahkan memperlihatkan keberaniannya memasukkan elemen blues dan funk, menunjukkan dirinya sebagai musisi yang tidak takut bereksperimen.
Dalam konteks global, pendekatan musik Ipang sering dibandingkan dengan musisi seperti Chris Cornell dari Soundgarden, yang juga memiliki warna vokal serak dan gaya eksploratif.
Di Indonesia, Chrisye dan Once Mekel menjadi “serumpun suara” dengannya dalam hal kemampuan menyentuh pendengar melalui lirik dan vokal yang menusuk.
Sejak dari Plastik Band, ia telah membangun fondasi sebagai vokalis rock. Bersama BIP, ia mempersembahkan lagu-lagu yang tetap relevan hingga kini.
Namun, karya solonya, terutama melalui kontribusi di soundtrack film, memperkenalkan dimensi baru pada dirinya sebagai musisi.
"Apatis" dari film Sang Pemimpi adalah contoh bagaimana ia bisa menggabungkan pesan sosial dengan aransemen musik yang kuat.
Keaslian adalah kunci dalam musik Ipang. Tidak ada yang dibuat-buat dalam caranya bernyanyi atau dalam lirik yang ia bawakan.
Ia membiarkan musik berbicara apa adanya, menjadikannya begitu mudah diterima oleh siapa saja.
Pesannya sederhana namun kuat, sering kali menjadi pengingat akan pentingnya harapan, persahabatan, dan kejujuran dalam hidup.
Fleksibilitasnya menjelajahi genre, suara yang penuh karakter, dan lirik yang mendalam, menjadikan Ipang Lazuardi sebagai ikon dalam dunia musik Indonesia.
Suaranya adalah suara kehidupan—emosional, tulus, dan tak pernah kehilangan relevansi.
Dalam setiap lagu, Ipang mengundang pendengarnya untuk merenung, bermimpi, dan merayakan perjalanan hidup, menjadikannya musisi yang akan terus dikenang. []
Tabik,