Akhir Pekan untuk Kegiatan Literasi (Lagi)


LEMON Seger, Literasi Mood On untuk Semua Generasi, akhirnya mulai digelar bulan Agustus, meski idenya sudah tercetus sejak awal tahun 2022.


Kegiatan tersebut rencana digelar pada akhir pekan, Sabtu atau Minggu, di Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Blitar yang areanya begitu asri.


Kegiatan berupa webinar dan pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan wawasan dan keterampilan, khususnya di bidang kepenulisan.


Ingatan saya seperti kembali saat masih mengelola FLP Blitar, pada kegiatan rutin hari Minggu, yang disebut sebagai rutinan.


Jadwal hari Minggu kala itu saya fokuskan untuk FLP Blitar dan menolak agenda komunitas dan organisasi lainnya, kalaupun tak hadir biasanya karena faktor pekerjaan seperti misalnya harus ke Malang, itupun jarang.


Rutinan tetap berjalan tanpa memperhitungkan jumlah kehadiran, 3-4 orang pun tetap berlanjut, meski rata-rata dihadiri belasan orang.


Salah satu moment rutinan FLP Blitar di Perpustakaan Bung Karno.

Salah satu cara mengikat diri agar terus bisa ikut rutinan adalah dengan meminjam buku di Perpustakaan Bung Karno.


Agenda rutinan memang kerap digelar di Perpustakaan Bung Karno, Ruang Koleksi Khusus waktu masih berlokasi di lantai atas.


Mau tak mau, karena waktu peminjaman hanya seminggu, untuk menguatkan langkah menuju tempat itu ya dengan meminjam buku.


Maka tak heran meski yang hadir hanya 3-5 orang, show must go on.


Sekali datang, tiga misi terlampaui, yaitu meminjam buku, menghadiri rutinan plus menambah wawasan terkait kepenulisan, dan nongkrong sore bahkan hingga larut malam di kedai kopi selepas rutinan.


Hal yang sama mungkin akan saya lakukan dengan Lemon Seger meskipun ada beberapa perbedaan:


Lemon Seger adalah program yang didukung oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip, yang diorganisir oleh Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Blitar, saya salah satu pengurusnya.


Tentu karena program dinas, menjadi (sedikit) lebih formal dengan cakupan peserta yang lebih luas, seperti nama kegiatannya.


Berbeda dengan FLP Blitar yang hanya komunitas, bersifat informal dengan konsep pertemuan yang lebih semaunya, tanpa mempertimbangkan hal teknis terlalu banyak.


Meski demikian, bagi saya itu tak begitu berbeda, bukan berarti karena Lemon Seger didukung oleh dinas, maka kita lebih berkomitmen dan lebih semangat.


Keduanya sama-sama ikhtiar untuk membangun iklim literasi yang lebih kondusif, agar orang tidak lagi asing mendengar kata puisi, cerpen, esai, sejarah, konten lokal dan sebagainya.


Agar banyak orang mulai familiar dengan Perpustakaan, meski belum tentu membaca buku, ya setidaknya kata Perpustakaan akan lebih sering hinggap dalam ingatan lewat pamflet, form, berita dan lain-lainnya.


Terlebih, Pemerintah sendiri sudah menyediakan wadah, termasuk di antaranya GPMB sebagai komunitas semi formal yang didirikan oleh para Pustakawan.


Momentum membahas GPMB Kabupaten Blitar.

Namun wadah-wadah tersebut belum digarap dengan maksimal dan kurangnya partisipasi aktif dari pegiat komunitas literasi atau praktisi/penulis.


Ini juga menjadi aktivitas baru saya untuk lebih sering berkunjung ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Blitar, yang sebelumnya tak pernah terpikirkan, karena selama ini ke Perpustakaan Bung Karno sepertinya lebih menarik.


Kehadiran Perpustakaan Bung Karno yang megah dengan koleksi buku berlimpah itu seolah meredupkan keberadaan Perpustakaan Daerah.


Karenanya Perpusda harus punya pembeda, tidak untuk menyaingi namun lebih memberikan kesan atau vibes yang berbeda.


Perpustakaan Daerah Kabupaten Blitar saat ini berada di area bekas Pabrik Tiwul Instan yang legendaris, dengan nuansa alam yang masih kuat.


Ada banyak Pohon Mangga dan Kelapa, kantornya dipayungi Ficus elastica, atau Pohon Karet Merah yang (sepertinya) berusia puluhan tahun.


Bangunan Kontainer di bagian depan juga menjadi ciri khas yang bisa dimunculkan, kesan teduh dan asri menjadi daya tarik di tengah kecenderungan manusia yang mulai lelah oleh bangunan megah dan ruangan ber-AC.


Kegiatan komunitas yang bersifat kultural sebenarnya juga bisa menjadi pembeda agar Perpustakaan Daerah menjadi lebih hidup dan segar.


Hadirnya penulis, seniman, conten creator, YouTuber, pelajar, mahasiswa dan lain sebagainya akan memberi warna tersendiri.


Saya juga tak menduga jika layanan Perpustakaan Daerah dibuka pada akhir pekan, seperti halnya Perpustakaan Bung Karno.


Lemon Seger ini mungkin akan menjadi cerita baru, dan babak awal penguatan iklim literasi di Blitar, dan beruntung menjadi bagian kecil dari ikhtiar besar tersebut. []


Blitar, 31 Oktober 2022

Ahmad Fahrizal Aziz



Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak