Ormas dan Orang Kaya, Seperti Apa Relasinya?


APAKAH hanya orang berkecukupan yang layak duduk menjadi pimpinan organisasi?

Kita akan kembali pada dua pemikiran terkait hal ini:

Pertama, mereka yang menjadi pimpinan organisasi harus yang "sudah selesai" dengan dirinya sendiri.

Kedua, justru organisasi adalah wadah aktualisasi atau berdakwah secara komunal, sebab ia menyadari keterbatasan dirinya, maka harus berjamaah dan berjam'iyah/berorganisasi.

Teori pertama yang dimaksud "selesai dengan dirinya sendiri" juga punya beragam makna, apakah yang dimaksud adalah kecukupan finansial? Atau mereka yang tak punya kepentingan pribadi dalam organisasi?

Sebab mereka yang secara finansial cukup belum tentu "selesai dengan dirinya sendiri", begitupun sebaliknya, mereka yang secara finansial biasa saja namun memiliki kemampuan organizing yang baik.

Teori pertama menegaskan jika seorang pimpinan harus agnia' (orang kaya), definisi orang kaya adalah punya kekuatan uang. Maka lewat kemampuan finansialnya, organisasi bisa digerakkan.

Lantas keberadaan agnia' sebagai pimpinan organisasi sangatlah penting.

Teori pertama itu dibantah oleh penganut teori kedua. Bahwa justru kekuatan organisasi terletak pada sistem organisasi itu sendiri, yang ditopang secara berjamaah/komunal.

Itulah kenapa organisasi dibentuk, ialah untuk mewadahi mereka yang mau bergerak, namun punya keterbatasan personal.

Seorang agnia' bisa membangun Masjid dari koceknya sendiri, namun apakah non agnia' tak akan bisa membangun Masjid? Lewat organisasi lah hal itu terwujud, lewat jaringan dan pengelolaan organisasi yang baik.

Maka disebut organisasi, sebab ada organ yang saling menopang satu sama lain, ibarat organ tubuh. Posisi kepala sama pentingnya dengan jantung, dan keberadaan tangan dan kaki membuat gerak semakin lincah.

Dalam realitasnya, orang kaya justru lebih memilih menjadi donatur daripada masuk struktur, atau jika mereka ingin berdakwah, banyak yang lewat yayasan keluarga dibanding organisasi masyarakat.

Misalnya di Blitar, ada Haryanto Islamic Center (HIC), suatu lembaga dakwah milik Abah Haryanto, Bos Mayangkara Group.

Atau Yayasan Jusuf Hamka/Babah Alun, yang banyak membangun Masjid bergaya Tiongkok, meskipun juga tergabung dalam pimpinan ormas.

Seorang agnia' biasanya lebih memilih model dakwah yang one handle model yayasan milik pribadi karena kemampuan finansial yang dimilikinya.

Sementara organisasi sebagai wadah silaturahmi, meskipun kehadirannya juga menjadi energi yang bisa memperkuat organisasi, apalagi ketika duduk sebagai pimpinan.

Namun organisasi adalah ruang egaliter, sekalipun ada agnia' yang selama ini, katakanlah, menopang banyak kebutuhan organisasi, namun ada baiknya organisasi dihidupkan lewat sistem yang dibangun dalam organisasi itu sendiri.

Keberhasilan organisasi justru ketika organisasi tersebut mapan secara sistem, bukan tergantung pada figur, karenanya disebut organ-isasi.

Ormas adalah wadah bagi tumbuhnya aktivis, pioner dan organisatoris handal. Maka siapapun yang sudah terlatih dan punya rekam jejak di dalamnya bisa duduk sebagai pimpinan.

Blitar, 5 Januari 2023
Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak