PENULIS tak akan kekurangan ide. Sebab ide, inspirasi atau bahan tulisan selalu tersedia, yang habis mungkin mood kita untuk menuliskannya.
Sebuah ide memang perlu diracik agar menjadi tulisan. Ide bisa didapat dari banyak hal: pengalaman pribadi, cerita teman, perenungan atas suatu kondisi, dan banyak lainnya.
Namun belum tentu kita bisa mengeksekusinya. Akhirnya hanya menjadi sebatas keinginan yang memudar bersama waktu, atau sebatas catatan konsep yang tak pernah menemukan bentuknya.
Menulis memang perlu mood dan energi. Tanpa itu, layar monitor berjam-jam hanya menampilkan lembaran putih dengan kursor yang berkedip-kedip, belasan playlist terus menggaung tanpa ada satu kalimat pun tertuang.
Menulis perlu energi, dan para penulis menemukannya dari pembaca. Seperti kata Max Havelar: tulisanmu pasti dibaca.
Ya, setiap tulisan yang kamu buat pasti akan dibaca, salah satu cara membangun basis pembaca adalah berkomunitas.
Saat tahu tulisan kita akan dibaca, atau ada sekelompok entitas yang siap menjadi pembaca, energi itu bisa berlipat-lipat.
Basis pembaca akan membangun suasana produktif. Itulah kenapa para penulis profesional selalu punya cukup energi untuk merampungkan karya-karyanya.
Lalu bagaimana dengan mood? Meski hampir sama, namun keduanya berbeda. Mood sangat berkaitan dengan suasana hati.
Mood juga dipengaruhi oleh passion dan daya tarik. Apa hal yang kamu suka? Suatu yang meletupkan antusiasme tinggi pasti akan memberimu mood baik.
Maka sebelum mulai menulis, perlu mempertanyakan dua hal ini: apa jenis tulisan yang disukai? Dan, topik apa yang membuatmu sangat tertarik?
Jawaban dari dua hal di atas hanya bisa ditemukan dengan membaca, apapun jenis dan topiknya, nanti seiring berjalannya waktu akan menemukan "jodoh" karyanya.
Komunitas akan menjaga iklim dan suasana produktif tersebut. Lantas komunitas kepenulisan sebaiknya punya program rutin untuk menjaga energi dan mood berkarya.
Pertemuan tersebut ibarat tukar tambah semangat, seperti ponsel yang harus rutin dialiri listrik. []
Blitar, 12 Maret 2023
Ahmad Fahrizal Aziz