Cara Menulis Obituarium



Saat takziah, sebelum jenazah dibawa ke pemakaman, modin/pengantar akan bertanya pada pelayat: almarhum/ah sosok yang baik atau jelek?

Serempak pelayat akan menjawab: baik. Biasanya diulang hingga tiga kali. Baik atau jelek, jelek atau baik, baik atau jelek?

Tradisi tersebut biasa dilakukan oleh para muslim, terutama di Jawa, atau mungkin di daerah lainnya, saya kurang tau.

***

Bagaimana jika orang yang meninggal itu adalah sosok yang punya kedekatan emosional dengan kita?

Lewat buku berjudul "Mengenang Hidup Orang Lain: Sejumlah Obituari" yang ditulis Ajip Rosidi, saya baru tahu ada variasi esai yang bernama obituari.

Sebuah tulisan yang dibuat untuk mengenang orang yang baru (atau telah) meninggal.

Buku karya Ajip Rosidi itu tebalnya lebih dari 450 halaman. Namun selain beliau, ternyata ada penulis obituari lainnya yang cukup prolifik, yaitu Rosihan Anwar.

Rosihan Anwar malah menjadikan obituari sebagai catatan sejarah, dinarasikan dari kiprah figur yang meninggal tersebut.

Sebagian tulisannya diabadikan lewat beberapa jilid buku Sejarah Ketjil Petitie Histoire.

***

Saya kemudian mencoba menulis obituari, sebatas sebagai persaksian hidup atas kebaikan orang tersebut, serupa menjawab pertanyaan modin/pengantar jenazah bahwa yang bersangkutan adalah orang baik.

Catatan obituari yang telah saya buat ditujukan untuk guru, dosen, teman, senior atau kenalan bebas yang pernah (atau sempat) terlibat percakapan, ataupun yang mungkin tak mengenal secara personal namun memiliki jasa dalam hidup saya lewat karya yang mereka hasilkan.

Artinya, obituari menulis perihal kebaikan mereka, yang insyaallah menjadi penguat timbangan amal baik.

Obituari tak ubahnya doa-doa, dipanjatkan dengan cara berbeda.

Obituari ditulis tidak untuk meratapi kepergian, justru sebaliknya, untuk merayakan hidup yang pernah ada, mengenang relasi emosional yang pernah terjadi.

Tak ada trik khusus menulis obituari, secara konsep layaknya menulis esai seperti biasa.

Paling yang tersulit adalah menggali ingatan, ditambah data dan informasi penguat tentang sosok tersebut.

Satu lagi: relasi emosional yang kita rasakan, itulah yang menjadikan obituari punya rasa dan makna lebih dalam, tak sekadar informasi riwayat hidup yang diulang-ulang.

Blitar, 23 Februari 2023
Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

1 Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir di blog ini ya.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak